16/02/14

Merapi dalam Ingatan #Hujan Pasir

Menyambung pembicaraan tentang hujan abu dari gunung kelud yang meletus kamis kemaren (13/02/2014) banyak pemberitaan baik di media cetak, elektronik maupun di jejaring sosial yang saat ini masih menjadi dan menjadi media galau-galauan anak jaman sekarang sangatlah mudah untuk menemukan gambar tentang segala hal yang terjadi di sekitar kita dan saat ini tema yang masih menghangat tentang hujan abu gunung kelud yang masih gergejolak. Melihat beberapa gambar menjadikanku teringat tentang kejadian meletusnya gunung berapi beberapa tahun yang lalu. Kalau tidak salah ingat tanggal 26 oktober 2010 merapi meletus, letusan di iringi keluarnya awan panas dan juga terlihat semburan material vulkanik. Hujan abu mulai vulkanik mulai dirasakan di sekitar namun belum sampai ke kota sehingga aktifitas masih berjalan seperti biasa.

Seperti biasa menjalankan rutinitas 'ngalong' demi selembar tiket pulang dan penggemukan celengan sapi yang mulai kelaparan masuk jam delapan, selama beberapa kali baik di kos maupun di tempat kerja merasakan getaran gempa. Dan selama di Yogja sepertinya merasakan getaran-getaran gempa serasa sudah menjadi hal biasa karena sudah sering merasakannya.
"Mas barusan gempa ya...." terasa sebuah getaran yang lumayan kenceng
"Hu um, kerasa banget ya" timpal mas agus yang juga merasaknnya
Dan kita pun kembali sibuk dengan komputer masing-masing
Kriiing...kriiing kriiiiiing..... bunyi telepon extention di meja tak berpenghuni (di ruanganku ada 3 meja terpisah) aku pun beranjak mengangkatnya
"Halo...."
"Ini elly, ya"
"iya mas, ada apa ya" terdengar suara mas cahyo yang menelepon dari lantai bawah
"Ini aku mau pulang, sana mau pulang ga"
"Emangnya boleh ya..." agak sedikit bingung
"Barusan aku sudah tanya pak Adi dan dealing Yogja di boleh pulang. Barusan ada gempa atas kerasa ga...."
"Iya kerasa"
"Nah itu barusan aku telpon pak Adi minta ijin pulang, tadi pas gempa aku dan anak-anak (yang dimaksud anak disini teman seruangan) langsung berlarian keluar takut, trauma gempa yang dulu masih ada makanya ada gempa langsung berlarian ini tadi sampai krisna jatuh nabrak kursi. Coba atas telepon pak Fredy boleh pulang enggak masalahnya jalan-jalan sudah pada di tutup disini tinggal aku pudjo sama kresna sudah pulang dari tadi"
"Gitu ya, ya coba aku telepon pak Fredy"
"Iya, coba telepon dulu pak fredy, tadi aku juga sudah telepon Jakarta kalau mau pulang gara-gara gempa-gempa merapi, kasihan juga anak istriku di rumah sendirian keadaan kaya gini. Sudah ya aku pulang dulu"
"Iya mas" telepon pun di tutup
"Mas, barusan mas Cahyo telepon katanya dealing Yogja sudah pada pulang, sini mau ikut pulang ga" menjelaskan kepada mas agus yang duduk di meja seberang
"Pulang kenapa...?"
"Takut, katanya gempa yang berasa barusan yg bawah pada lari keluar, trauma gempa yang dulu masih ada trus telpon pak Adi juga di ijinin dan sudah telpon jakarta juga kalau mau pulang. Kalau mau pulang suruh ijin pak Fredy dulu jalan-jalan sudah pada di tutup, bilangnya seh gitu"
"Ini bawah sudah kosong berarti"
"Iya, yang lain sudah pulang dari tadi tinggal mass cahyo"
"Bentar aku tanya pak Fredy dulu" mass agus langsung menganggkat gagang telepon
"Katanya pak Fredy di sini masih aman yang  di ungsiin radius 20km" mas agus mencoba menyampaikan obrolan selesai berbincang-bincang dengan orang di seberang
"Ya sudah kalau gitu, lagian jarak kos sini juga kagak begitu jauh + cuma 5km doank"
"Tar aah liat gunung merapi dulu" Aku pun keluar, dari kejauhan terlihat cahaya berwarna merah agak ke orange seperti menyala dan di atasnya terlihat awan ke abu-abuan yang sangat tebal
"Gunungnya kagak keliatan kok mas, ketutup wedus gembel"
Letusan merapi yang mengeluarkan material vulkanik membuat kota Yogja hari itu terjadi hujan pasir bahkan ada juga sebagian wilayah yang terkena hujan pasir bercampur kerikil. Masker menjadi  barang yang sangat di cari bahkan apotek maupun di minimarket semua habis terjual, stok yang datang langsung ludes tanpa menunggu lama, untung saja aku selalu siap masker ini karena aku sering terkena flu jadi membutuhkan masker agar tidak menular ke orang lain.

Dan perbincangan seputar merapi pun masih berlangsung lama sambil melihat siaran televisi yang juga hampir semuanya memberitakan hal yang sama. Hingga pagi menjelang kami tetap bertahan di ruangan.

Merapi masih terbatuk-batuk, berita tentang pengungsi dan perkembangan sekitaran meletusnya merapi selalu update diberitakan hampir setiap jam di televisi-televisi nasional. Namun di daerah kota masih terbilang aman hanya saja sudah mesti menggunakan masker buat menangkal hujan pasir yang sudah dari sore mulai jatuh.

BERSAMBUNG........


coretan yang lain >>
1  2  3 
          

0 komentar:

Posting Komentar