17/02/14

Merapi Dalam Ingatan #Diantara Hujan Abu

Baru nyampe kantor jam di komputer menunjukkan angka 19.00, yang memang jika hari jumat masuk lebih cepat dari hari biasanya ini karena esok harinya pulang lebih cepat pula. HP ku berbunyi, terlihat dalam layar ternyata bapak yang telpon.

"Halo..., enggeh bapak "
"Benk besok pulang ga" suara bapak dari seberang sana dengan panggilan khasnnya
"Iya, besok pulang ini sudah beli tiket. Ikut keberangkatan jam 05.00"
"Ya sudah, pulang saja keadaan disana masih kaya gitu"
"Iya...."
" Ya sudah hati-hati benk"
"Iya" dan teleponpun terputus.
Hari jumat (29/10/2010) aktifitas masih berjalan seperti biasa kerja malam hingga pagi, dalam ruangan yang tidak begitu luas namun juga bisa dibilang lega dengan penghuni 2 orang, ruangan di lantai 3 yang sepi hanya berjaga dengan 1 orang teman cowok, memang dia patner kerjaku selama ini. Pemberitaan tentang evakuasi merapi semakin gencar di televisi dan tak jarang juga suara sirine ambulans dan klakson kendaraan yang meraung-raung terdengar dari ruangan yang memang berada di tepi jalan besar. Beberapa kali terasa gempa yang tidak begitu besar namun sangat terasa juga. waktu itu kisaran jam 20.00 terdengar suara telepon genggamku yang aku taro di meja berbunyi, satu panggilan terlihat di layarnya dan itu dari ade lelakiku.
"Halo...." agak heran juga mengapa adeku yang satu ini tiba-tiba telepon, dia kan jarang bahkan kalau tidak penting kagak bakalan telepon paling banter sms doank.
"Mba pulang......." bingung sambil garuk-garuk jidat yang kagak gatal  dan berpikir ada apa gerangan
"Emang besok pulang kok" jawabku
"Kalau bisa pulang sekarang"
"Menangnya ada apa seh.....?! sedikit ada rasa takut dan bingung ada apa gerangan yang terjadi sebenarnya
"Pokoknya kalau bisa pulang sekarang"
"Ya kagak bisa aku belinya tiket buat besok pagi, lagian kagak bisa kalau pulang sekarang jalan di tutup semua katanya mobil-mobil pada lewat muter-muter. Besok pulang kok ikut travel yang jam 05.00" sedikit deg-degan mendengar suara di seberang bertanya-tanya ada apa gerangan
"Ya sudah, buruan pulang dan kalau bisa ambil keberangkatan yang paling pagi saja"
"Hu um " tanpa di komando sambunganpun terputus.
Huuuuft..., ada apa gerangan tiba-tiba adeku terpon adakah sesuatu yang akan terjadi.....??! sebuah pertanyaan yang entah siapa yang bisa jawab. Walau agak kepikiran namun aku coba tetap tenang dan kembali menyaksikan acara televisi sambil sesekali berbincang dengan mas agus. 

"Mas ini bau apa ya, kaya busuk-busuk gitu" mencoba bertanya kepada mas agus yang juga masih asik dengan komputernya
"Aku enggak mencium apa-apa"
"Masa bau kaya gini enggak tercium seh, kaya busuk-busuk gitu kok" sambil mengendus dan garuk-garuk ga jelas 
"Ooh mungkin saluran di kamar mandi mampet" mas agus beranjak dari tempat duduknya dan menuju kamar mandi tak berapa lama terdengar bunyi air bergemericik. Sepertinya mas agus menyemprot saluran air agar tidak bau, karena entah mengapa saluran air yang kering malah membuat bau yang kagak sedap.
"Kan pintunya tertutup masa masih bau" terlihat pintu kamar mandi yang memang tertutup rapat
"Sudah tidak bau kan" mas agus muncul dari balik pintu kamar mandi, dan menutup pintunya kembali
"Masih kok" mengendus-endus sambil sesekali memencet hidung untuk mempertajam penciumanku dan meyakinkan bau yang terhirup memang masih ada
"Niiii, baunya tambah. Masa seh mas kagak kecium"
"Hu um, ini bukan bau sampah seperti bau belerang, AC nya ditambah aja biar baunya hilang"
Tanpa di komando dua kali langsung aku raih remot AC dan udara dinginpun mulai terasa di kulit untuk menghalau rasa dingin, AC dihadapkan ke atas dan pintu di buka lebar. Ini yang biasa kita lakukan menyalakan AC namun pintu agak sedikit di buka walaupun resiko nyamuk kadang ada yang masuk mencari korban, ini agar sirkulasi udara tetap terjaga. Namun ketika mau membuka pintu mas agus mencium bau menyengat,
"Wo baunya dari luar bukan dari kamar mandi. Ini bukan bau sampah." mas agus menutup kembali pintu
tililiit...tililiit...tililiit.... terpon di meja mas agus berbunyi
"Halo.., iya pak disini juga bau. Iya pak makasih" entah bicara sama siapa
"Ada apa mas...." setelah telepon tertutup langsung aku coba menanyakan siapa yang menelepon
"Pak edy, nanya apa di atas juga tercium bau belerang karena di luar ada hujan abu" security yang baik selalu mengabari jika ada sesuatu bahkan tiap tengah malam selalu mengontrol ke atas walau hanya sekedar nengok makanya tau kalau kita kadang tidur diwaktu kerja, hehehehe
"Mosok mas, liat yooo" rasa penasaran mulai menghinggapiku ingin tau hujan abu seperti apa
Dan ketika aku buka pintu bau belerang begitu sangat menyengat, kembali ke dalam untuk mengambil jaket untuk menutup hidung walaupun sudah memakai masker sepertinya kurang mempan menahan baunya, baru melangkahkan kaki melewari pintu baunya semakin menusuk sehingga ku urungkan niat untuk melihat hujan abu, lebih baik kembali ke ruangan dan melanjutkan berselancar. Tok tokkk tokkkk.... terdengar suara pintu di ketuk dan dari balik pintu ternyata pak edy yang datang
"Di luar hujan abu, tebal banget" pak edy mengabarkan situasi di luar
"Sudah pake masker belum, kalau belum itu di bawah masih ada"
"Sudah pak, terima kasih" mas agus menyahut.
"Ya sudah kalau gitu kirain belum bawa masker" menutup pintu dan berlalu
Menghabiskan malam dengan bau belerang yang menyesakkan dada dan ramainya suara motor yang berlalulalang.

Jam 04.30 kantor tutup, karena memang hanya 5 hari kerja. kemaren berangkat kerja sekalian membawa perbekalan untuk pulang ke rumah karena di Yogya hanya numpang kerja saja. Berjalan kaki sendiri menuju shuttel bus yang tempatnya bersebelahan dengan kosku, mas agus sudah pulang mengendarai motor walaupun satu arah tapi sungkan juga mau nebeng, lebih baik jalan saja lah toh jalan terang dan ada beberapa orang yang masih terjaga dan juga tempatnya tak begitu jauh kira-kira hanya + 5km saja. Sambil menenteng tas membawa payung, menggunakan masker dan badan sudah terbungkus jaket, di sepanjang jalan abu vulkanik sudah menutupi semua jalan hingga tak ada setitik aspal pun yang terlihat, sepi tak terlihat mobil maupun motor yang melintas benar-benar sunyi. Remang lampu jalan yang berwarna orange membuat abu tampak seperti salju. Indah dan romantis bahkan sambil jalan pun juga sempat-sempatnya membayangkan hal yang sedikit norak namun juga oke. Sempat juga beberapa kali kaki bermain dengan abu vulkanik yang menutupi jalan, iseng menapakkan jejak kesana kemari dan memutar-mutar payung yang aku bawa untung saja tidak ada orang lewat hanya sempat bertegur sapa dengan satpam yang berjaga di gudang elektronik yang entah siapa namanya namun setiap melihat, baik beliau maupun aku selalu bertegur sapa tapi tidak hanya beliau ada juga beberapa satpam maupun pegawai di tempat lain yang selalu bertegur sapa kepadaku karena memang di sekitar sana hampir semuanya berderet tempat usaha dan perkantoran.

Tak menunggu lama pukul 05.00 teng travel yang sudah menjadi langganan pun berangkat. Perjalanan kali ini tak seperti biasanya dimana pak sopir melaju dengan kencangnya namun kali ini mobil berjalan lambat ini karena abu vuklanik dari merapi menutupi pandangan, bahkan jarak pandang sangatlah minim sehingga harus berhati-hati. 'Alon-alon asal kelakon'  sepanjang jalan yang terlihat hanya abu, hingga lepas dari kota Magelang baru abu mulai berkurang. Perjalanan yang sangat mendebarkan duduk di depan sedangkan debu-debu yang tertiup angin menutupi pandangan sehingga mobil-mobil yang melintas diwajibkan menyalakan lampu agar terlihat dan tak jarang sopir-sopir juga membunyikan klakson untuk memberi tanda. Jarak Jogja-Semarang yang biasanya di tempuh dengan waktu kurang lebih 3 jam ini bisa sampai 4 jam. Dan perjalanan pun berakhir di kota kelahiran, ibuk anakmu datang.  ^.~

BERSAMBUNG....


Baca artikel selanjutnya
1 2 3


0 komentar:

Posting Komentar