29/09/18

Ruang di Zana Nyaman

Sore, karena punya tujuan mencari adaptor untuk pompa asi yang hilang karena kecerobohanku yang tidak teliti. Ternyata tidak mudah mencarinya, atau mungkin saja aku yang tidak tau tempat yang bisa untuk mendapatkannya. Berbekal informasi dari teman agar mencarinya citraland (CL) - matahari, ya mungkin karena dia seringnya main ke mall makanya menyarankan untuk mencari disana dan dia juga membelinya di sana.

Melawan rasa nyaman memilih tetap tinggal di kamar walaupun terlihat sumpek dan terlihat memprihatinkan, akhirnya aku tekatkan untuk beranjak pergi. Menerobos udara di luar yang sangat-sangat panas hingga membuat kepalaku sedikit pusing dan mata berair kuberjalan ke pusat keramaian. Sendiri, langkah kaki menyusuri setiap lantai, berpapasan dengan banyak orang tak aku pedulukan mereka karena memang bukan mereka tujuanku.

Kususuri setiap lintasan, kudatangi setiap toko yang kuanggap bisa membantuku namun tak ada yang punya barang yang aku maksud. Setiap lantai, setiap sudut, setiap lorong terus kususuri seorang diri sampai-sampai aku ga ngerti dimana aku ini sekarang berdiri, hanya mengandalkan ingatan yang sangat minim tentang seriap sudut mall dan langkah kaki semoga tak pernah lelah melangkah. Entah bagaimana penampilanku waktu itu sama sekali tak peduli, begitu banyak orang tak seorangpun yang aku kenal, sesekali bertanya kepada pemulik toko itulah sesaat pemecah kebisuan.

Sepertinya aku tak sanggup lebih lama lagi ditempat ini. Aku rindu dengan duniaku, mulailah aku cari teman di dalam tas bututku. Sebuah handsfree aku pasang di telinga dengan lagu yang terpasang di hp, meredam apa yang ku dengar ini membuatku sedikit tenang. Walaupun lagu yang kudengar tak bisa mengalahkan musik yang ada di sana, tak bisa mengalahkan keriuhan suara-suara di sekitarku bahkan sampai tak bisa menebak judul lagu yang sedang ku dengar. Tak pedulu, sama sekali tak peduli dengan musik yang kudengar tak terdengar samasekali karena bukan list laguku yang ingin kudengar, bahkan menggunakan handsfree tanpa suara pun sering kulakukan baik ketika sendiri ataupun di tempat umum.

Terdengar egois, mungkin memang aku orang yang paling egois di dunia ini biarkan apa penilaian mereka kepadaku. Jujur tidak setiap toko aku datangi untuk bertanya apakah mereka punya barang yang aku maksud, aku hanya mendatangi toko yang aku anggap ingin kudatangi padahal bisa saja salah satu toko yang ga aku datangi malah menjualnya. Ya, bisa saja seperti itu dan aku tau itu tapi tetap aku lakukan. Karena aku tak cukup pandai untuk berinteraksi dengan banyak orang. Hanya merekalah yang aku anggap 'nyaman' saat pertama kali lihat yang aku datangi.
"Ada apa dengan mereka sampai tak membuatmu nyaman?" Entahlah, aku pikir mereka baik dan memang baik, namun entah kenapa tak jarang aku menangkap body language yang membuatku tak nyaman. Otakku seperti sensor yang memberikan tanda dari sifat, sebenarnya tak baik bagitu mudah menilai orang bahkan sebelum berinteraksi samasekali.

Seperti membentengi diri. Tak membolehkan siapapun mendekat, bahkan suara-suara sekalipun menolaknya. Meskipun berada di keramaian namun aku tetap berada di dalam duniaku sendiri yang sama sekali tak terusik dengan keadaan sekitar. Dan sepertinya sekali lagi harus kuterobos keramaian itu seorang diri.

Terkadang untuk mendapatkan sesuatu membutihkan perjuangan keras, itupun juga bisa saja tak mendapatkan hasil. Sesulit apapun, sekeras apapun kita tetap harus melakukannya, walaupun itu tak kita sukai sekalipun. (29/09/18)


0 komentar:

Posting Komentar