19/09/18

Kemarau Panjang

Musim kemarau yang berkepanjangan membuat rumput, pepohonan dan tanaman lainnya kering meranggas. Musim hujan yang tak kunjung tiba, udara di siang hari semakin panas oleh polusi dan semakin tergusurnya tanaman oleh beton-beton yang menjulang tinggi dan aspal. Menambah ketersediaan air tanah semakin berkurang.

Musim yang tak lagi bisa di prediksi. Memang di bulan ini di kotaku sudah dua kali turun hujan, namun itu hanya percikan air dari langit yang menyapa tanah dan pepohonan. Tak bisa aku rasakan kesejukan, bau khas tanah kering yang terkena siraman hujan itu sama sekali tak ada.

Kekeringan mulai dirasakan oleh masyarakat, sedikit banyak berdampak dengan kehidupan sehari-hari. Air yang susah, terlebih tempatku termasuk pegunungan padas yang tak dilewati air pam. Untuk membuat sumurpun susah dalam menemukan sumbernya dan kalaupun bisa entah berapa puluh meter agar keluar airnya. Dulu ada satu sumur yang berhasil di buat namun itu tak mampu memenuhi kebutuhan air masyarakat di sekitarnya hingga harus untuk memenuhi kecukupan air harus mencari air di daerah bawah yang letaknya lumayan jauh dari tempat kami, dan bila tak mau susah payah ada penyaluran air dari sumur yang di kelola perorangan yang harganya juga bisa dibilang lumayan mahal itu juga harus antri menunggu giliran karena hanya satu sumber yang tak hanya menyalurkan di satu tempat saja melainkan ada beberapa titik untuk menyalurkan.

Hingga suatu ketika dengan kegigihan dan keinginan yang kuat ada beberapa orang yang berinisiatif untuk mengajukan proposal pembuatan sumur bor (air titis), awalnya hanya menjadi bahan becandaan oleh yang lain yang dianggap sia-sia dan disepelekan. Namun karena kegigihan yang tek kenal lelah berjuang hingga sumur itupun jadi. Dan kini mereka yang pada awalnya menganggap mustahil ikut merasakan hasilnya. Kapanpun bisa menggunakan air, tempat penampungan selalu penuh terisi air, dan tak perlu lagi bersusah payah jalan jauh menyusuri jalan menanjak dan licin, ataupun harus beradu mulut dengan yang lain untuk mendapatkan giliran air.

Namun di musim kemarau seperti sekarang ini cadangan air mulai menipis. Terlebih tak banyak lagi pepohonan dan tanaman yang membantu menyerap air dikala hujan tiba. Air tanah mulai berkurang, sehingga air yang biasanya mengalir lancar harus di bagi-bagi agar semuanya cukup mendapatkan air, tak jarang harus bangun malam untuk menunggu air yang di alirkan agar tempat-tempat penampungan bisa terisi penuh. Musim kemarau berkepanjangan, debit air mulai menyusut sementara yang membutuhkan begitu banyak.

Bagaimanapun air adalah sumber kehidupan, jika ga dijaga dengan baik maka bisa jadi beberapa tahun kedepan krisis air akan lebih banyak dirasakan dan semakin panjang menghantui kehidupan. (19/09/18)

Related Posts:

  • Akhirnya Ku Temukan Rumahmu Tak mudah ternyata menemukan satu alamat meskipun sudah mengantongi secarik kertas yang berisi alamat lengakp secara pastinya, buatku itu membutuhkan satu perjuangan besar bagi orang yang tak tahu jalan. Hari ini ada… Read More
  • Wedang Ronde Sehabis Hujan Musim penghujan datang, saatnya mempersiapkan payung, mantel dan juga tubuh agar tetap sehat karena awal-awal musim penghujan banyak virus yang berkeliaran mencari mangsa sedangkan itu adalah dimana saat tubuh mulai melaku… Read More
  • Aku Bukan Anak Kecil Diperlakukan seperti anak kecil sedangkan umur sudah tak mudah adalah sebuah sesuatu yang terkadang membuat ketawa bagi yang melihatnya, seringnya kita terima dari orang tua yang mungkin saja lupa jika anaknya kini sudah d… Read More
  • Mencoba Angkringan Angkringan atau lebih kerennya disebut cafe meong, mengapa disebut begitu karena warung ini menu utama yang di jual nasi kucing. Bukan nasi yang untuk makan kucing, itu hanya istilah saja untuk menyebut nasi bungkus denga… Read More
  • Atas Nama Novel Kuterjang Panas Sudah dari semingguan yang lalu mendapat list untuk dicarikan novel karya Mira W oleh seorang teman yang jauh di seberang lautan. Namun berhubung sabtu minggu badan lagi ga enak dan mendung juga lagi menguasai kota ku i… Read More

0 komentar:

Posting Komentar