Poster Idola
Masa-masa tenang, sekolah sudah tinggal kenangan. Hanya menunggu ijasah dan surat kelulusan keluar maka selesai sudah menjadi pelajar. Selama menunggu surat-surat kelulusan keluar banyak waktu aku habiskan dirumah. Tak ada kegiatan berarti hanya tiap siang menjemput adik sekolah. Antara senang dan bosan, senang karena sudah tidak ada tuntutan bangun pagi, belajar, mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) maupun tugas yang bejibun yang kadang hingga bikin kepala cenat-cenut dan juga bimbel yang sering bikin malas, namun disisi lain sedih juga mesti berpisah dengan teman-teman dan guru yang pastinya sudah banyak kenangan yang tertoreh. Bosan dirumah tidak ada kegiatan, hanya nonton televisi dan bermalas-malasan. Kangen juga dengan suasana sekolah bila kaya gini, namun ketika sekolah apalagi pas musimnya ulangan hingga tidak ada hari tanpa ulangan dan tugas berharap libur segera tiba agar bisa bermalas-malasan dirumah. Membingungkan juga ya.
Masa-masa tenang, sekolah sudah tinggal kenangan. Hanya menunggu ijasah dan surat kelulusan keluar maka selesai sudah menjadi pelajar. Selama menunggu surat-surat kelulusan keluar banyak waktu aku habiskan dirumah. Tak ada kegiatan berarti hanya tiap siang menjemput adik sekolah. Antara senang dan bosan, senang karena sudah tidak ada tuntutan bangun pagi, belajar, mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) maupun tugas yang bejibun yang kadang hingga bikin kepala cenat-cenut dan juga bimbel yang sering bikin malas, namun disisi lain sedih juga mesti berpisah dengan teman-teman dan guru yang pastinya sudah banyak kenangan yang tertoreh. Bosan dirumah tidak ada kegiatan, hanya nonton televisi dan bermalas-malasan. Kangen juga dengan suasana sekolah bila kaya gini, namun ketika sekolah apalagi pas musimnya ulangan hingga tidak ada hari tanpa ulangan dan tugas berharap libur segera tiba agar bisa bermalas-malasan dirumah. Membingungkan juga ya.
Hari sudah beranjak siang di awal-awal bulan september niat banget keluar rumah hanya untuk membeli majalah langganan yang beredar tiap bulan. Seperti sudah menjadi kebiasaan dan candu tak pernah satu episode pun terlewatkan. Walaupun sudah dilarang ibu karena membeli barang yang dianggap tak ada manfaatnya untuk urusan sekolah namun emang dasar "dablek" sudah sering kena marah namun masih juga tetap membeli, sampai ibu bosan sendiri. Padahal bila sudah dibaca majalah itu akan berujung di tumpukan bersama koran-koran bekas yang nantinya di jual ke pedagang loakan ataupun di tukar dengan sebungkus cabe. Hal macam ini yang tak disukai ibu, membeli barang yang tak ada manfaatnya.
Majalah yang hanya berisi tentang liputan artis idola, segala macam yang ingin diketahui seorang penggemar dari artis idolanya yang saat itu sedang naik daun. Untuk menarik pembaca tak jarang akan diberikan bonus berupa kalender, poster gede, pin, dan benda-benda lain yang membuat lebih dekat dengan sang idola walaupun sebenarnnya ini menjadi strategi penerbit untuk mendongkrak penjualan. Meskipun harganya agak sedikit mahal bila dilihat dari kantong anak sekolah yang mendapat uang saku tak banyak, namun begiku tak menyurutkan keinginan untuk mendapatkan berita ter update dari sang idola.
Waktu itu jaman-jamannya boy band yang lagi digandrungi anak muda dan lagi naik daun. Namanya juga masa puber, yang lagi senang-senangnya membanding-bandingkan lawan jenis dan seperti fase dimana membentuk sebuah karakter yang pantas untuk dijadikan teman dekat alias pacar. Aku awalnya tak begitu tertarik dengan hal-hal semacam ini, namun karena pergaulan yang hampir sebagian besar cewek mengidolakan artis-artis yang dianggapnya tampan dan menarik, inilah yang membuat aku ikut-ikutan mereka. Sebenarnya ini aku lakukan agar ketika berkumpul dan membicarakan tentang acara televisi atau pun yang biasa dibilang bergosip tentang idola masing-masing bisa ikutan nimbrung, bisa berargumen bahwa idolanyalah yang terbaik dan paling tampan.
Hari sudah beranjak siang, segera saja bersiap-siap untuk memburu majalah di kios langganan karena aku tak mau kehabisan dan ingin menjadi yang pertama memiliki majalah tersebut.
"Ibu, pergi dulu ya mau turun ". Ini karena rumahku ada di daerah atas dan kios majalah ada di daerah bawah.
"Mau kemana....." Tanya ibu yang masih sibuk meracik bumbu masakan.
"Mau pergi sebentar, beli majalah"
Kaya gitu di utamakan, mending buat beli roti yang jelas rasanya ibu juga bisa ikutan makan. Kalau enggak uangnya mending di tabung. Kaya gitu dibeli enggak bikin kenyang........." Nah kan ibu mulai lagi
"Biarin aah...., daripada uangnya aku beli-in yang enggak jelas mending ini " Mencoba membela diri
"Ya mendingan di tabung"
"Gak mau, besok saja nabungnya kalau dapat uang jajan lagi dari bapak".
"Berangkat dulu bu, Assalamuallaikum..." sambil berlalu meninggalkan ibu agar ibu tidak berlama-lama ceramahnya.
BERSAMBUNG....
0 komentar:
Posting Komentar