01/03/14

Menunggu Titik Terang

Bingung mau nulis apa, seminggu ini banyak cerita dan kejadian yang hadir dalam penggalan kisah perjalananku. Aku tak bisa melukiskan apa yang aku rasa, aku gak mengeluh kok hanya saja boleh ga untuk saat ini aku berjalan lambat-lambat saja dan bolehkah pinjam bahunya sebentar untuk bersandar, hanya bersandar kok enggak lebih.
****

Sore yang sangat sibuk, rumah masih berantakan debu dimana-mana maklum saja masih bebenah rumah. Tukang-tukang sudah pulang dan gantian kita yang kerja bakti bersih-bersih. Ibu menyapu luar, aku kebagian menyapu ruangan-ruangan dan bapak ngelap perabot yang kotor terkena cipratan adonan semen. Ketika kegiatan baru berjalan bapak bapak menerima sms, agar bisa membaca dengan jelas pesan yang masuk bapak kelur rumah yang memang lebih terang dari pada di dalam ruangan. Namun ketika habis membaca aku yang saat itu ada di dekatnya tak sengaja melihat ke arah bapak. Aku melihat wajah bapak menjadi berubah terlihat jelas ada raut muka bingung disana dan setelah bapak memberi tahu isi sms yang baru saja di bacanya aku jadi paham apa yang menjadi pikiran bapak.

Tak tega melihatnya, bapak terlihat putus asa hingga aku mendengar helaan napas panjang dan berat, beberapa saat terdiam sambil berpegang pada tiang depan rumah. Ya Tuhan aku sangat gak suka melihat bapak seperti ini. Selama acara bersih-bersih banyak yang kita perbincangkan, berdua saja membersihkan ruang tamu dan kamar-kamar. Mencoba mencari solusi berdua, tangan sibuk memindah barang dan mengepel lantai sedangkan kepala sibuk membuat rencana-rencana baru. Padahal rencana yang tersusun saja belum menemukan kelanjutannya ini sudah harus berubah. 

"Bersih-bersih bila mau kerjasama jadi ringan, tapi pada duduk saja lihat bapaknya bersih-bersih" mendengar kata-kata ini menjadi tertunduk dan hanya bisa diam. Dalam hati berkata "maaf bapak tak selalu bisa bantu".

Entah mengapa aku merasa sangat takut dan begitu cemas walaupun tak jarang pikiran memberikan penghiburan dengan rencana-rencana indah namun tetap saja hati ini merasa cemas. Ada banyak keinginan yang ingin aku wujudkan di tahun ini untuk mereka semua. Seakan ada perbincangan antara otak dengan hati yang memberikan tanggapan dan bantahan tentang sebuah gambaran dan feeling yang aku rasakan dari awal tahun. Aku hanya ingin mewujudkan keinginan ibu dan bapak bisa terlaksana di tahun ini, namun aku juga tak yakin inilah yang membuat aku cemas.

Apakah aku bisa.....?! Sebuah cita-cita dari suatu keinginan yang sudah sejak lama. Tuhan bantu aku untuk mewujudkannya ya, berikan bagiku dan semua anggota keluargaku kesehatan, kesabaran, kelancaran rizki, kekuatan untuk menyongsong harapan agar kita bisa saling membantu menopang satu dan lainnya untuk mewujudkan mimpi-mimpi orang tuaku yang sudah sangat lama tertunda demi anak-anaknya.

Semoga dengan menemukan ujung dari benang kusut ini bisa lebih mendekatkan kami dan menguraikan setiap simpul yang tak beraturan sehingga benang bisa terurai untuk dirajut menjadi kain. Terus berjuang demi dan untuk orang-orang yang aku kasihi, big hug

0 komentar:

Posting Komentar