13/01/14

Kangen Naik Kereta

Mengingat ketika di Surabaya sering melakukan perjalanan naik kereta setiap dua minggu sekali, dan ketika sudah pindah Yogyakarta ada rasa kangen naik kereta.

Iseng-iseng ngobrol tentang ingin menghabiskan weekend minggu ini yang sengaja tak mudik berencana menjadi turis sejenak di kota Gudeg ini, bersiap menggemporkan kaki karena tak ada kendaraan kemana-mana mesti menggunakan transportasi umum. Bermalas-malasan di depan televisi setelah sarapan, bercerita tentang masa lalu dengan Prima dan Pipit secara penghuni yang lain entah pada kemana pintu-pintu pada tertutup semua, di sela obrolan keluar juga kalimat kangen naik kereta nostagila ketika salah kereta dan kejadian Prima kena jebakan batman pun terbongkar kembali. Obrolan berlanjut dengan tema kereta prameks yang berujung dengan keinginan untuk merasakan bagaimana kuda besi ini melaju, tapi mau kemana coba naik kereta prameks. Entah dari mana datangnya dan siapa yang mencetuskan kesepakatan untuk main ke kota Solo menggunakan kereta prameks.

Diel berangkat dari kos menuju sattel bus trans Jogja terdekat yaitu di terminal Jombor menuju Malioboro lalu jalan kaki menuju ke stasiun Tugu. Sama sekali tidak ada gambaran, asal saja beli tiket dan naik entah nanti mau berhenti di stasiun mana yang penting sampai kota Solo. Ternyata enak juga naik prameks, tidak begitu penuh sesak mungkin karena sudah agak siang sehingga penumpangnya dikit. Obrolan masih berlanjut tapi kali ini ketika sudah sampai Solo mau kemana...., secara kita walaupun sudah pernah ke Solo namun tak mengerti jalan-jalan di kota Solo. Ada niat untuk menelefon mas Yonni, teman kantor yang asalnya dari Solo namun mengingat istrinya yang cemburuan niat itu pun gugur lagian nanti bukan jawaban yang di dapat pasti interogasi panjang lebar, lalu sms mas agung (teman kantor juga) tapi tidak dapat balasan, dan sms temenku bilangnya dia lagi tidak ada di rumah nah kan repot juga kalau gini.

Sampai stasiun Purwosari. Karena kagak tau jalan dan arah makanya asal jalan tujuan hanya keraton sebab kita tau hanya itu seh :D nanya sama tukang becak, inilah andalan kalau tidak tau, tanya tukang becak pasti di jelaskan secara rinci tapi berhubung tukang becak yang kita temui lagi tidur ya sudah tanya orang yang ada saja. Untuk menuju ke keraton tinggal naik bus kota, berhubung sebelum penjelasan selesai ada bus Damri lewat dan orang yang kita tanya ini menyarankan untuk naik bus Damri dan berhenti di Benteng kita bertiga pun naik bus yang penuh sesak itu. Berdesak-desakan dengan anak sekolah yang barusan pada naik, berpegang sandaran kursi ku lihat ke luar jendela sebelah kiri. Sepertinya jalan ini tak asing, aku pernah melewatinya tapi benarkah... berbicara dengan diri sendiri meyakinkan jalan yang barusan di lewati, ternyata benar jalan ini jalan yang sama yang selama 2 minggu tiap hari aku lewati ketika training waktu awal kerja. Dua minggu penuh kenangan dan pertama kali aku hidup mandiri tanpa orang dan merasakan kehidupan kos.

Turun dari bus menyusuri jalan di kota Solo yang panas menuju PGS (Pasar Grosir Solo), namanya pasar tidak jauh berbeda dengan di kota-kota lain hanya saja di PGS lebih mengacu menjual batik, pakaian dan kain. Tidak langsung masuk ke dalam hanya duduk-duduk di tangga istirahat sejanak melenturkan kaki. Oh ya aku ingat dengan Wahyu, kucoba menghubunginya dan kebetulan dia lagi off dan sudi datang. Menunggu sambil jalan-jalan melihat batik dan pakaian yang ada di kios-kios penjual, tak lama telepon berbunyi, ternyata dari Wahyu yang mengabarkan dia sudah ada di luar. Kita pisah Prima jalan bersama Pipit dan aku dengan Wahyu namun begitu Pipit dan Prima masih ada di belakangku sambil bisik-bisik kagak tau deh ngomong apa karena setiap aku menengok ke arah mereka malah aku disuruhnya melanjutkan obrolan dengan Wahyu. Ya sudah aku dan Wahyu pergi jalan sendiri, kita berdua keluar dari PGS meninggalkan Prima dan Pipit yang lagi muter-muter. Menggunakan motor melaju menuju taman, dan ngobrol-ngobrol disana lumayan juga berada disana, tempatnya nyaman dan rindang sebelum akhirnya balik ke PGS menemui mereka berdua yang sudah menunggu di luar. Wahyu tidak bisa menungguin lama karena dia ada perlu mengantarkan pesanan batik ibunya, memang kalau dia off kerja akan membantu ibunya di PGS berjualan batik. Dari PGS beralih ke BTC (Bantang Trade center) yang hanya bersebelahan. Sebenarnya sama hanya saja disini lebih condong ke batik ketimbang baju-baju biasa.
Selepas Wahyu pergi giliran mereka berdua intrograsi tentang Wahyu dan hubunganku dengannya :P rahasia...., hari sudah mulai beranjak sore dan cacing dalam perut mulai demo minta asupan gizi yang memadai. Bingung mau makan apa dan dimana, terus berjalan menyusuri warung-warung makan yang ada di seberang PGS mencari makanan yang terasa segar dan tidak ramai pembeli kalau menu apa aja deh yang penting makan. Met makan semua....
Perut kenyang sedangkan matahari masih terik, jalan ke keraton tapi beloknya ke masjid untuk absens eben sambil numpang ngadem. Beneran adem lho di masjid liyer-liyer bikin ngantuk. Puas ngadem tiba waktunya menyusuri jalan yang panas kalli ini muter-muter kagak tau kemana asal melangkah dan sampai juga di Pasar Klewer, meskipun hari sudah siang beranjak sore namun pasar ini masih rame. belusuk pasar namun baru di lantai dua kita memutuskan untuk keluar karena berjubel dan panas. Lalu tujuan selanjutnya pulang, bertanya kepada penjual tapi kita juga milih-milih melihat orang yang sekiranya bisa menjawab dan menjelaskan pertanyaan kami tentang angkot menuju ke stasiun. Awalnya kita mau jalan tapi katanya jauh terus ingin naik becak namun bilangnya jaraknya lumayan jauh dan biayanya mahal karena jalannya memutar makanya kita mengikuti saran penjual yang kita tanya untuk naik angkot, kebetulan di dekat sana ada bus kosong yang ngetame menunggu penumpang bilangnya keneknya dirusuh naik langsung jalan tapi bohong lama pake buanget sampai kaya di panggang ni badan berada di dalam bus yang panas, hingga bus penuh masih enggak jalan-jalan menunggu sopir selesai makan dulu haduh mandi sauna bener kalau begini ceritanya. Aku enggak tahan dengan bau solar dari asap yang masuk ke dalam bikin pusing dan mual mudah-mudahan gak sampai mabuk darat.

Memang benar jalannya memutar karena jalannya memutar tidak, aku selalu bingung bila berada di Solo jalannya tembus-tembus selain itu jalan kampung menjadi jalan utama. Inilah petualangan yang aneh tidak ada yang tau jalan hanya ingin melihat mall dikota Solo. Berpesan kepada kernet bus untuk menurunkan kami  di SGM (Solo Grand Mall), sampai di pertigaan jalan besar yang kita lewati kernet sudah berteriak-teriak untuk memperingatkan penumpang yang mau turun, kami bertigapun turun aku kira turun dari bus langsung terpampang nyata mall ternyata perkiraanku salah, jika ingin kesana kalau tidak mau capek mesti oper ke bus lain kalau enggak ya naik becak namun kami memutuskan untuk jalan. Menyusuri trotoar yang rapi, adem dan bebas dari pedagang sehingga menjadikan perjalanan yang menggemporkan kaki pun hanya terasa capek (lah apa bedanya kalau begitu).

tarik napas panjang sambil bersorak, akhirnya sampai juga di mall horeee.... mall yang luas namun bisa dibilang sepi pengunjung dan juga banyak ruko-ruko yang kosong berbeda dengan pasar dan pusat grosir yang aku datengi tadi sebelum kesini, mungkin orang-orang disini lebih suka belanja di pasar ketimbang di mall. Kaki terus terayun menyusuri lantai demi lantai hingga sampai di pujasera banyak pilihan menu makanan yang tersedia disini dan tempatnya juga bersih tapi perut masih kenyang hingga sasaran kita hanya pada es teh yang murah meriah penghilang dahaga setelah perjalanan jauh (hayaaah mulai lebay mode on).




Berdiskusi jika jalan menuju ke stasiun bisa bener-bener gempor ni kaki, jika naik angkot tak mungkin karena tak ada angkot yang lewat pilihan yang tersisa adalah naik becak. Setelah nego dengan tukang becaknya tinggal kita bertiga nangkring duduk manis menikmati suasana sore yang mulai berangsur mempersilahkan malam menggantikan mentari. Satu becak bertiga, tak apalah saat itu badan kita masih kecil-kecil kok :D bapaknya hebat juga mengayuh becak bahkan terkadang ikut nimbrung dengan sukarela menjelaskan tentang kota ini.

Sampai di stasiun, langsung mencari tiket pulang namun berhubung keretanya masih lama sekitar satu jam lagi kita pun pergi sebentar mencari makan, laper. Tak jauh dari stasiun menemukan penjual nasi liwet yang baru siap-siap dan pastinya lama jika kita makan disana sehingga kita pesan untuk dibawa pulang itu juga nunggunya lumayan lama juga. Setelah mendapatkan masing-masing sebungkus nasi liwet kita bertiga kembali ke stasiunm, ternyata keretanya datang terlambat mesti nunggu, di stasiun tak banyak penumpang yang menunggu seperti kami. 

Kereta datang dan membawa kami bertiga kembali ke kota Gudeg ke tempat peraduan dimana kita akan menghabiskan malam ini dengan mimpi-mimpi indah. Keretanya jalan rasanya cepat deh tiba-tiba saja sampai di stasiun Tugu. Dari stasiun mesti berjalan ke halte bus trans Jogja turun ke terminal Jombor lagi-lagi mesti jalan kaki hingga menuju kos yang jaraknya kira-kira 20 menit. Energi sudah terkuras habis untuk hari, untung masih ada nasi liwet yang sudah dingin karena lama di perjalanan untung saja rasanya endang marindang jadi klop sudah semuanya berakhir dengan manis serta gurihnya nasi liwet. >> lain kali lagi aah....

Memory 13.06.2009

0 komentar:

Posting Komentar