25/01/14

Kado Tahun Baru

Banjir-banjir dan banjir.... itulah tema yang sedang hot akhir-akhir ini di perbincangkan di mana-mana baik di jejaring sosial, televisi maupun media cetak. Setelah merayakan pergantian tahun dengan berpesta pora, hingar bingar rela bermacet-macet ria demi menyaksikan pesta kembang api, dan kini alam juga memberikan kado tahun barunya buat kita semua berupa hujan yang terjadi hampir setiap hari sejak awal tahun yang lalu, curahan air yang melimpah sampai meluap hingga terlalu banyaknya sampai tumpah-tumpah kemana-mana dan jadilah banjir dan ujung-ujungnya juga bikin kalang kabut bagi kita semua. Jalan-jalan seakan menghilang bahkan rumah dan gedung pun tak sedikit yang hanya kelihatan separo atau bahkan hanya terlihat atapnya saja. 


Banjir ada bukan hanya karena curah hujan yang tinggi namun juga adanya andil manusia yang kurang menghargai dan bersahabat dengan alam. Dulu waktu aku masih kecil menjumpai sungai dengan aliran air yang bening dan menyegarkan itu sudah biasa sedangkan sekarang untuk menjumpai sungai yang airnya bisa mengalir saja sudah menjadi hal yang langka karena sungai-sungai sekarang alirannya bukan air melainkan sampah bukan hanya itu saja selokan sudah tergusur dengan aspal kalaupun ada airnya hanya menggenang dan airnya berwarna hijau bercampur sampah.

Bukan itu saja selain sungai-sungai yang penuh sampah, coba lihat dikota-kota banyak berdiri bangunan apartemen, gedung tinggi, mall megah yang dibangun tanpa memikirkan dampak lingkungan. Di Semarang sendiri banyak perbukitan yang awalnya hijau kini di sulap menjadi perumahan, menjadi jalan tol dan wahana wisata. Semakin hari semakin macet karena semakin membeludaknya kendaraan pribadi yang lebih mendominasi di jalan-jalan sedangkan sudah menjadi rahasia umum jika polusi udara dari kendaraan dan pabrik-pabrik juga menjadi salah satu unsur yang mengakibatkan dari hari kehari semakin menipisnya lapisan ozon yang melindungi bumi ini dari sinar matahari sehingga perubahan musim semakin tak menentu dan sukar untuk di prediksi bahkan kini di waktu malam terasa panas dan ddi waktu siang panasnya semakin menyengat ini dikarenakan pohon-pohon yang menjadi paru-paru kota mulai jarang di temui bahkan bisa dibilang jarang.


Daerah resapan kini banyak yang di alih fungsikan menjadi perumahan, bantaran sungai yang seharusnya menjadi daerah resapan juga sekarang berjajar bangunan-bangunan pemukiman penduduk bahkan sekarang laut juga tak sedikit yang di timbun dan pohon bakau pun juga tak kalah menjadi sasaran untuk disulap menjadi pabrik maupun kawasan industri. 

Lalu masihkah pantas kita untuk masih menyalahkan hujan...??? Apakah salah bila alam murka, secara manusia sendiri yang telah diberi kesempatan hidup untuk mengambil segalanya dari alam namun tidak memberi balasan memeliharanya dengan baik malah merusak dan berbuat seenaknya. Ironis memang namun semua kembali lagi kepada ulah manusia bila ingin semuanya menjadi baik maka berbuat baik dan menjaga keseimbangan alam itu mungkin menjadi solusinya namun jika manusia masih mengabaikan dan masa bodoh dengan segala yang sudah terjadi tanpa mau memperbaiki ataupun belajar dari masalalu maka bisa dipastikan akan terjadi hal yang sama di masa mendatang bahkan bisa lebih parah dari sebelumnya.

Mari kita mulai menjaga lingkungan di sekitar kita, tak perlu menyalahkan siapa atau mencari kambing hitam dari semua yang telah terjadi. Untuk menggugah kesadaran yang lain mari kita mulai dari diri sendiri dan dari hal-hal yang terkecil terlebih dahulu, secara tidak langsung lama kelamaan sikap ini akan menular kepada orang-orang terdekat yang akan menjadi semakin meluas kepada yang lain.


Tanpa di sadari ternyata sudah beberapa kali menuangkan coretan tentang banjir, hehehhee....
>> Banjir Datang Menyapa
>> Banjir-banjiran yuuuk
>> Jemuran Sampah
>> ketika hujan tiba






0 komentar:

Posting Komentar