09/04/13

Kekerasan dalam Pacaran

Dalam nikmati indahnya masa berpacaran dunia pun serasa hanya milik pasangan yang tengah di mabuk cinta. Pacaran sejatinya menjadi tahapan pasangan berbeda jenis untuk saling mengenal. Proses ini menjadi awal sebuah hubungan sebelum akhirnya berlanjut ke jenjang berikutnya yakni pernikahan. Walau dalam tahap pacaran bila keduanya sudah serius akan menikah dan sudah mengantongi restu orang tua sejak lama, tentunya ini menjadi hal menyenangkan bagi keduanya karena sang pacar menjanjikan masa depan yang jelas akan hubungan mereka nantinya. Sayangnya tidak semua pasangan yang mengecap dan indahnya berpacaran.

Ada beberapa yang mengaku mengalami kekerasan yang dilakukan pasangannya. Walau kerap terlihat mesra dan romantis di depan publik namun ternyata ada yang mengalami penyiksaan fisik dak sikhis. Sebenarnya yang namanya kekerasan tidak bisa diklasifikasi namun yang baru ada sekarang adalah KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) tapi sebenarnya kekerasan dalam pacaran dapat dikategorikan dalam kekeran. Mengungkapkan tindak kekerasan yang dilakukan kekasih juga bukan perkara mudah, karena banyak perempuan yang masih takut melaporkan kekerasan yang dia terima.

Dukungan keluarga serta orang terdekatlah yang akhirnya membuat korban berani melaporkan tindak kekerasan untuk mendapat keadilan. Kurang lebih memang kita hidup dalam kultur budaya dimana menganut sistem patrilineal, dimana si pria selalu diatas wanita. Panutannya adalah pria, posisi utama dan terutama adalah pria. Yang harus bekerja pria wanita dirumah, semuanya banyak yang seperti itu. Oleh karena itu secara tak sadar sikologisnya si pria juga mengaggap wanita ini berhak untuk diapakan saja.

Pacaran seharusnya menjadi proses penting untuk mengenal karakter serta kepribadian pasangan. Saat pasangan kerap melakukan tindak kekerasan maka perempuan harus mengambil sikap tegas. Akan terus melangkah bersama atau memberikan kesempatan untuk instrospeksi diri untuk mengubah prilaku buruknya. Kekerasan dalam bentuk pemukulan maupun pelecehan yang berulang-ulang akan menjadi sebuah candu bagi pelakunya saat pasangan yang hanya bersikap pasrah menerima. Kepasrahan dan penerimaan pasangan yang menjadi korban kekerasan menjadi penguatan sendiri bagi pelaku kekerasan untuk melakukannya lagi dengan dominasi yang lebih maksimum dilain kesempatan. Bukan tidak mungkin kekerasan yang terjadi saat berpacaran akan berlanjut hingga hubungan rumah tangga nanti.

Trauma kekerasan potensial mengubah kehidupan seseorang menjadi terpuruk, minder dan tidak berarti setiap saat. Trauma akibat tindak kekerasan dalam pacaran tak serta merta bisa hilang dan sembuh begitu saja, dengan memutuskan hubungann tidak sedikit wanita yang sulit mendapatkan jati dirinya kembali setelah dia mendapat perlakuan kasar dari pasangan selama bertahun-tahun. Depresi dan trauma berkepanjangan pun melanda korban kekerasan. Secara fisik sudah jelas kalau ini kekerasan fisik pasti dia fisiknya yang terluka secara sikologis umumnya yang mereka rasakan adalah perasaan tidak berguna.

Ketakutan pihak wanita terhadap efek negatif yang akan dia terima jika melaporkan kekerasan yang dilakukan pasangannya membuat kasus kekerasan dalam hubungan asmara kerap tak terendus hukum. Kita berharap bisa diproses secara hukum karena itu juga bagian hal yang paling penting untuk keadilan dari korban dan juga ada efek jera bagi pelaku dan juga kedepannya juga berkurang kasus-kasus macam ini.
Kekerasan yang terjadi pada pasangan yang tengah kasmaran tentunya membuat hubungan yang tidak sehat. Hubungan yang tidak sehat ini membuat salah satu pihak terpuruk jika sudah begini sebuah hubungan asmara tidaklah layak dipertahankan. Jangan pernah beri kesempatan pada pasangan untuk melakukan tindak kekerasan berikutnya. Ceritakan bentuk kekerasan pada orang tersekat atau keluarga dan segera tinggalkan pasangan anda, sebab setiap orang punya hak untuk melindungi diri mereka sari tindakan serta perlakuan kasar tidak menyenangkan dari orang lain. 

Tidak ada satu makhluk hidup pun yang perlu untuk ditakuti, karena kita semua posisinya seimbang, jadi tidak berhak satu pun untuk disakiti, kemudian ada orang yang menyakiti kita. Saat korban hanya diam dan pasrah maka level tindak kekerasan seseorang akan semakin tinggi bahkan pelaku kekerasan akan berpotensi mengalami kecanduan untuk terus meganiaya pasangannya. Dengan melaporkan tindak kekerasan pada polisi maka seseorang akan memberi efek jera sekaligus menyadarkan pelaku kekerasan jika tindakannya tersdebut membahayakan serta merugikan orang lain.

Orang-orang yang memiliki kecenderungan marah-marah tak terkontrol termasuk menyakiti melakukan kekerasan itu biasanya kontrol dirinya ada di luar dalam arti dia selalu merasa bahwa lingkungan yang salah hingga saya berbuat ini karena banyak pelaku yang seperti ini kemudian dimasa depannya juga tidak berubah, dia akan kembali melakukan kekerasan dan melakukan tanpa mengingat bahwa tidak ada bagian dari dia yang salah.Baik pelaku maupun korban harus menjalani terapi untuk menyembuhkan mental serta cara berfikir, makin cepat dideteksi maka akan cepat pula proses penyembuhaan sikis yang dialami para korlan maupun pelaku.

Banyak remaja korban kekerasan akhirnya memilih untuk bunuh diri karena tak kuat menanggung beban trauma berat. Pastinya mengakhiri hidup bukan solusi karena tidak ada masalah yang tidak ada jalan keluarnya. Trauma akan hubungan yang tidak sehat bisa kok di hilangkan, secara memang ada keinginan keras untuk tidak merasa diri sebagai korban, dan jangan pernah takut mengambil keputusan untuk segera mengakhiri hubungan yang tidak lagi sehat. Trauma bisa membuat sulit bergaul dan membina hubungan kembali dengan pria lain, terapi bisa membuat efek yang diterima bisa menenangkan hati serta jiwanya. Jadi jangan terus-terisan trauma, lebih baik perkaya diri dengan melanjutkan hal-hal yang tertunda. (L)


0 komentar:

Posting Komentar