12/04/14

Selamat Jalan Teriring Doa Untukmu #2

Mimpiku

Sambil menyelesaikan tugas yang diberikan bapak, pikiranku kembali ke beberapa bulan yang lalu, waktu itu aku bermimpi ada yang meninggal aku dan keluargaku ikut rombongan naik bus namun di tengah perjalanan ada yang kebelet pipis  tapi ada yang bilang kalau sudah dekat nanti pipis di sana saja. Akhirnya supir bus pun menghentikan laju kendaraan merapat ke sebuah rumah yang juga berjualan. Orang-orang pada berebut turun ke bus berhubung aku enggak kebelet pipis makanya aku hanya menunggu di pelataran dekat bus. Lama menunggu namun tak ada satupun yang muncul, karena bosan akhirnya aku jalan-jalan di sekeliling temapat itu. Menyusuri jalan semakin melangkah pemandangannya seperti di pedesaan dengan jalan yang masih tanah dengan banyak bebatuan, sepi tak ada satu orangpun yang melintas kanan kiri jalan hanya pepohonan yang membuat jalan yang aku lalui sangat teduh dengan angin yang semilir. Aku berhenti mencari orang-orang yang satu bus denganku namun tak ada satu pun yang aku lihat, aku lanjutkan langkahku entah sampai mana aku juga enggak tau namun tiba-tiba aku dihadapkan dengan persimpangan jalan.

Bingung memilih yang mana, namun aku amat-amati jalan yang sebelah kiri sepertinya agak menakutkan dan gelap sedangkan jalan yang sebelah kanan masih tetap asri dan terang. Ku putusan memilih jalan yang sebelah kanan, terus saja melangkah sendiri. Pepohonan yang beradu karena tertiup angin menimbulkan bunyi khas, seperti alam pedesaan. Tiba-tiba di depanku terdapat jalan buntu, seperti jurang yang landai dan tak dalam hanya tanah yang bertrap dan agak miring kembali lagi kebingungan karena tak ada jalan lain yang aku lihat lalu aku menengok ke bawah dan tiba-tiba tubuhku terguling ke bawah dan terhenti di sebuah tenda biru yang kecil dan berbentuk segitiga dengan tinggi yang tidak tertutup (silahkan bayangkan sendiri seperti apa bentuknya). Disana sudah ada 2 orang perempuan setengah baya yang salah satunya aku kenal bernama Dhe Yem.
"Lho Dhe kok disini"
"Iya nduk..." *nduk adalah sebutan untuk anak perempuan di jawa.
"Dhe nguburnya dimana to" Aku melihat sekelilingnya itu makam, lalu perempuan satunya pun minta ijin katanya mau kesana entah kemana. Rasanya merinding berada di sekitar makam.
"Sepertinya enggak disini, disini tidak ada apa-apa mungkin disana" sambil tangannya menunjuk ke arah yang ada di belakangku.
Aku baru menyadari jika di belakangku ada jalan.
"Dhe Yem disini ngapain" Aku melihat Dhe Yem duduk seperti orang jualan cabe dengan kedua kaki di tekuk ke ke samping, sangat santai kelihatannya duduknya.
Sebelum pertanyaanku terjawab tiba-tiba bapak datang dan ngasih tau jika tempatnya tidak di sini. Bapak menyuruhku membawa piring yang berisi aneka jenis barang seperti kain, rokok, bunga mawar, bunga kantil, parfum dengan botol kecil dan apa lagi ya aku lupa barangnya oh ya ada kemenyan juga.

"Benk tempatnya disana bukan disini, ayo kesana" ajak bapak yang beranjak dari tempat Bu Dhe Yem duduk dan aku pun pamitan lalu berjalan di belakang bapak. Sebelum jalan bapak melihat ke arah barang yang aku bawa ketika melihat minyak wangi dalam botol kecil (seperti minyak tesrer yang di jual-jual).
"Minyak wanginya buat apa itu...." tanya bapak ketika melihat barang-barang yang ada di piring yang aku bawa
"Enggak tau, sudah ada disini" jawabku yang memang tidak mengerti buat apa barang-barang itu
"Minyak wanginya tidak kepakai, ditinggal saja wes"
"Haaa, masak di buang" dengan kebingungan aku menyahut
"Buat apa. Tidak ada guna"
Lalu aku ambil minyak tadi dan aku kantongi di saku celana jeans belakang sebelah kanan. Dan aku pun berjalan di belakang bapak.

Sampai di sebuah tempat seperti tanah lapang yang berpagar disana aku melihat banyak orang yang sedang makan. Semuanya membawa piring dan makan dengan lahapnya, namun yang aku lihat sebagian besar adalah laki-laki eh lebih tepatnya bapak-bapak. Bingung ini sebenarnya acara apa seh bertanya dalam hati. Aku dan bapak hanya berdiri di tepi jalan sambil melihat ke arah mereka yang lagi asik makan sampai-sampai tak menghiraukan keberadaan kami.

Dan aku pun terjaga dari mimpi namun mimpi itu pun selalu aku ingat dan seakan terngiang-ngiang selalu dalam otakku. Beberapa hari berikutnya aku menceritakan mimpiku pada ibu, tidak ada tanggapa
"Sana jenguk Dhe...." komentar ibu setelah mendengar cerita dari mimpiku.
"Dhe siapa...." tanyaku balik
"Ya Dhe Di to"
"Memangnya Dhe Di sakit"
"Iya kapan hari suruhan Slamet (anak bungsunya) kesini minta uang bapakmu untuk berobat"
"Haaaa...., berobat minta uang bapak. Memangnya anak-anaknya pada kemana" tanyaku heran
"Halah, anak-anaknya mana ada yang peduli semuanya takut sama Dhe Yem. Tidak ada yang berani berkutik."
Dan perbincanganpun tak diperpanjang, aku memilih untuk menyingkir dan pergi ke kamar.


BERSAMBUNG  

0 komentar:

Posting Komentar