13/04/14

Berharap tak Menjadi Bayang-bayang

Weekend minggu yang lalu ketika malam mulai terasa menyergap, di beranda sambil melihat pemandangan malam kota Semarang yang berhias gemerlap lampu-lampu sambil menikmati segelas milo hangat menjadi keasikan tersendiri buatku yang tak suka dengan hiruk pikuk keramaian di luar sana. Tentunya jalan-jalan mulai macet dengan orang-orang yang ingin menghabiskan malam minggu di luar rumah. Buatku cukup pikiran menjelajah bersama mimpi dan berimajinasi tentang hal-hal yang terlintas di pikiran.

Sapaan dari arah belakang sedikit mengusik dan membuyarkan hayalan yang sudah membentuk episode dari satu cerita baru. Om ku yang datang hari ini menjajariku untuk ikut melihat panorama malam dari jendela rumah, sepertinya om terpukau dengan lampu-lampu malam yang seakan kompak ingin mengusir kegelapan malam.
"Gimana ndok kapan...., sekarang sama orang mana....?" tanya om yang sering aku dengar ketika bertemu dengannya.
Hanya seulas senyum yang aku tunjukkan untuk menjawab pertanyaannya dan aku yakin om juga tau maksud dari senyumku itu.
"Masih sama yang dulu apa sudah ganti...., tidak usah lama-lama nunggu apa lagi".
"Iya om, doanya om biar cepet. Masih orang yang sama om". Kalau masalah cowok sedang dekat dengan orang mana sesekali aku cerita dengan om, walaupun hanya itu waktu ditanya dan hanya bilang lagi deket sama orang mana tanpa menyebut nama dan yang lainnya itu menurutku sudah cukup karena aku juga enggak bisa terbuka dengan om walaupun om adalah salah seorang kerabat yang menurutku sangat enak diajak bicara dengan sikap sabarnya dan juga selalu memberikan masukan yang logis namun memang aku tak bisa terbuka dengan orang ya tetap saja mulut terasa terkunci rapat.


"Kalau sudah mantap nunggu apa lagi." Sikap santainya membuatku tenang dan ingin rasanya bercerita banyak dengannya namun susah bercerita
"Iya om, nunggu dilamar donk...." Jawabku yang asal nyeplos di iringi tawa dari kami berdua
"Ya tunggu apa lagi, sudah pernah membicarakan masalah kaya gini sama mas'e belum ndok"
Hanya diam membisu, dan menghela napas panjang. Mungkin om menyadari ada yang enggak beres sampai-sampai aku menghela napas panjang disela-sela pembicaraan.
"Enggak tau lah om, bingung..."
"Menangnya ada apa, kalau ada masalah coba dibicarakan berdua diselesaikan cari solusinya biar tidak berlarut-larut"
"Iya om"
"Kenapa..., apa dia masih belum yakin denganmu?!"
"Enggak tau lah om, hanya bisa sabar dan berharap yang terbaik"
"Gak boleh gitu ndok, kalau memang sudah sama-sama yakin buruan tidak usah nunggu lama namun kalau masih ada keraguan jangan dipaksa. Makanya itu coba dibicarakan berdua apa sebenarnya masalah kalian biar jelas"
"Iya om, antara yakin dan enggak om melihat sikapnya"
"Kalau memang dia bisa selalu membuat hatimu senang perjuangkan ndok."
"Tapi enggak sesimple itu om, gimana ya jelasinnya". Diam sesaat " Sudah hampir 1 bulan ini enggak ada komunikasi om"
"Apa kalian bertengkar, coba sapa duluan dan minta maaf, kadang maaf bisa untuk mencairkan suasana ndok"
"Enggak ada pertengkaran kok om, selama ini baik-baik saja"
"Lalu permasalahannya dimana...."
"Enggak tau om, susah jabarinnya"
Sekali lagi helaan napas panjang dariku yang terdengar memecah kebisuan diantara kami

"Ndok bila dia benar-benar sayang sama kamu dia akan melakukan apa saja agar bisa dekat denganmu, Enggak ada alasan apa pun yang bisa menghalaunya. Kamu tau kan cerita bu lik-mu sebelum sama om"
Pikiran mulai membuka kembali kisah cinta yang di ceritakan bu lik sebelum jadian sama om bu lik punya 3 kandidat cowok yang saat itu mendekatinya satu om, satunya orang Semarang dan satunya lagi temannya. Tidak mudah bu lik menseleksi dan menimbang yang orang Semarang sudah beda agama bapak juga melarang mungkin bapak punya penilaian tersendiri degan orang ini gugur, lalu dengan om juga begitu perbedaan agama menjadi masalah mereka dan karena bu lik berujar kalau memang om mau dengan bulik ya harus pindah agama dan bu lik memberikan waktu untuk berpikkir, untuk cowok yang satunya bu lik sudah tidak srek makanya dengan mudah saja melepas. Namun tak berapa lama om datang dan bersedia pindah agama, tadinya Om beragama Kristen kejawen yang sebenarnya tidak jauh-jauh berbeda dengan agama Katholik seperti yang di anut bu lik, om minta diajak ketika ke gereja dan mulai beralih agama seperti bu lik dan setelah pindah agama om tidak menunggu lama meminta agar di ajak ketemu dengan simbah dan om pun melamarnya. Cinta mereka sangat tulus satu dengan yang lainnya seakan tak bisa terpisah jauh dalam waktu yang lama.

Teringat juga bagaimana romantisnya mereka, waktu itu acara nikah mas Iyas semua sodara pulang dan karena waktu itu aku masih kerja di Surabaya ketika pulang ke Surabaya nebeng mobil om yang pulang ke Nganjuk namun tanpa bu lik yang masih di tahan bu dhe untuk tinggal, di tengah perjalanan bu lik telepon dan menyuruh jonet untuk mengangkat teleponnya sambil berkata "Paling telepon dari bundamu kangen ayah" benar saja dengan terang-terangan bu lik mengatakan kangen dengan suaminya padahal baru hitungan jam mereka terpisah. "Benar kan, bundamu tidak bisa jauh-jauh dari ayah" iiih romantisnya. Adalagi waktu itu bu lik sedang sakit dirawat di rumah sakit dekat rumah, om joko sangat sabar menunggui istrinya bahkan kerja hanya absen dan kembali lagi ke rumah sakit (maklum saja om PNS yang mudah saja untuk ijin-inij keluar) bahkan ketika itu bu lik ingin pipis namun waktu mau aku bantu tidak mau memilih untuk menunggu om datang katanya sekalian ingin ganti pembalut (waktu itu sedang dapat) bilangnya "kamu enggak bisa ndok, biar nanti saja sama om mu sebentar lagi juga datang ini masih perjalanan. Weeeeh sampai om juga menyiapkan hal terkecil padahal bu lik sebenarnya bisa sendiri kalau mau. Ketika satu persatu sodara pulang aku pulang paling akhir bareng mas An dan langsung menuju Jogja untk berja, bu lik berkata "wah sodaraku pada pulang semua, sepi sendirian" tanpa menunggu lama om pun menjawab "tenang dik masih ada aku yang selalu setia menemanimu disini" hikh hikh hikh....sampai segitunya seh.

"Iya om, bu lik pernah cerita"
"kalau dia benar-benar sayang kamu dia enggak akan membuatmu menangis, akan selalu ada buat kamu ndok"
Benar juga apa yang dikatakan om, apakah pemilik hati tau bila selama dia menghilang sudah banyak air mata yang mengalir. AKu ingat dia pernah berujar tidak akan membiarkan orang yang dia kasihi menangis, akan membuatnya bahagia tak akan membebaninya kalaupun ada masalah sebisa mungkin akan menyimpannya sendiri ini agar orang yang dia sayangi tidak ikut-ikutan berpikir yang akan membuatnya bersedih tapi apakah dengan menghindar aku akan bisa tertawa bahagia..... Mustahil itu bisa aku lakukan, menyimpan masalah sendiri sama halnya tidak mempercayai ku. Ya sepertinya begitu
"Sebentar ya ndok om mau telepon bu lik-mu dulu daritadi om belum sms maupun telepon pasti bu lik-mu sudah menunggu-nunggu dari tadi"
"Iya om".

Ketika menunjukkan foto-foto keluarga mereka terlihat kebahagiaan yang tak dibuat-buat sungguh membuat iri dan saat terpampang foto mereka berdua om pun berkata "Malu, sudah tau tapi pacaran terus" ya keromantisan yang gak pernah pudar dari dulu hingga anak-anaknya besar. "Ya enggak apa-apa to om malah bagus bisa pacaran terus" foto-foto yang melimpah dengan kasih sayang dan kebahagiaan.

Ok lah kalah begitu aku memang sudah pernah merasakan hal yang sama, dan menunggu hingga ketika lelah dan putus asa mulai datang padaku akhirnya aku puruskan untuk menyerah namun kau kembali, dan kini engkau pergi lagi seakan tak mempedulikanku. Aku akan menunggu tapi jangan salahkan aku ketika lelah ini menderaku kembali dan aku benar-benar iklas merelakanmu hanya menjadi bayang-bayang, walaupun itu membutuhkan proses yang enggak sebentar dan akan sangat menyakiti diriku akan aku coba. Aku bisa minum milo yang rasanya coklat walaupun dengan resiko pusing dan aku juga bisa membaca komik walaupun hingga kini belum bisa menceritakan apa yang aku baca, hanya bisa tau arah tahap dari percakapannya saja dan itu juga memakan waktu yang lama namun aku coba.
Mungkiin suatu ketika ketika aku lelah aku akan melakukan hal yang sama mencoba melepasmu meskipun aku harus merasakan kesakitan.

Saat ini aku memberikan waktu pada hati dan otakku untuk mencari pembenaran, dan segala alasan untuk menunggu walau dengan harapan-harapan yang tak pasti, aku lakukan namun ketika aku bilang cukup semuanya akan berakhir, tak aku biarkan hati dan otak berkelana mencarimu karena ketika saat itu tiba logikaku sudah bekerja semua sudah terkunci rapat. Pulanglah sebelum semuanya terlambat, itu saja pesanku. Ada banyak cara agar semuanya bisa terjaga bila memang ada kemauan. Namun semua kembali lagi tergantung individu masing-masing juga orang lain tak bisa memaksa ataupun melarang.


0 komentar:

Posting Komentar