24/11/14

Loading ~ Meredam Emosi

Mau nanya lagi tiba-tiba saja muncul dalam pikiran. Apakah benar jika seseorang yg mencoba meredam emosi yang memuncak dalam dirinya tak jarang malah bisa melukai diri sendiri.
Perlu diperhatikan bahwa "meredam" dalam hal ini adalah bukanlah "menahan" agar emosi tidak keluar. Jika yang dilakukan adalah menahan-nahan emosi maka semakin ditahan semakin tidak karuan. Dan juga ibarat tanggul bendungan dapat saja menjadi jebol/retak dan pecah. Jika yang seperti itu maka jelas melukai diri sendiri.
Akan tetapi "meredam" dengan alternatif lain yaitu menyalurkan suatu emosi sehingga menjadi bentuk lain (mengubahnya) maka tidak akan melukai diri sendiri. Contohnya adalah mengalirkan kelebihan emosi dari emosi negatif menjadi bentuk lain justru lebih baik. Cara yang benar adalah ini mengalirkannya keluar diri dengan membiarkan saja tanpa menilai oleh pikiran. Pikiran sadar tidak perlu banyak melakukan daya upaya. Hanya mengamati pergerakannya seperti mengamati air sungai yang keruh. Jika pikiran ikut campur maka air akan justru semakin keruh. Tapi dengan cara membiarkan tanpa menilai justru akan terjadi pengendapan. Dimana air yang keruh akan mengendap kedasar dan perlahan menjadi jernih. Ini sama dengan air didalam gelas. Biarkan mengendap dengan sendirinya tanpa perlu capek-capek ikut campur. Sehingga tanpa capek-capek berusaha, pikiran keruh/emosional keruh akan mengendap dan jernih dengan sendirinya. Cara ini tidak melukai diri sendiri.
Itu juga termasuk bujuk setan ga ya. Masalahnya setelah akhir-akhir ini aku mengingat segala kejadian kok sepertinya kalau pas emosi, lagi marah sama orank malah imbasnya diriku yang luka, meskipun dari hati ada yang bilang sabar agar bisa kontrol. meskipun masih bisa dinalar juga kenapa terlukanya, tapi tiba-tiba saja otak berpikir bahwa semua ada kaitannya.
Tapi susah, sampai sekarang belum berhasil sepenuhnya mengontrol emosi. Selalu pikiran langsung beradu argumen, itu bikin pusing dan hati belum bisa melerai biar pikiran slow. Padahal sudah coba mengalihkan pikiran juga
Setan? Hehehe. Ketahui dulu apa itu setan. Jadi biar tidak selalu mengkambing hitamkan dan menyalahkan setan. Yang dimaksud dengan setan adalah semacam asap hitam yang mengalir bersama aliran darah. Terbentuk oleh banyak sebab (dari makanan/minuman yang haram, yang subhat tidak jelas kadar unsurnya dan dari berbagai makanan-minuman halal yang ketika memakan/meminumnya tidak menyebut nama Allah/tuhan yang pengasih dan penyayang). Dari sini jelas bahwa di dalam diri manusia ada mengalir di dalam aliran darah masing-masing. Sehingga "setan" dalam wujud manusia dan jin itu terbentuk.Yaitu manusia-manusia yang tidak memahami tentang hal-hal seperti ini. Jin juga makan dan minum serta berkembangbiak sebagaimana halnya manusia. (keterangan ini jelas dlm qur'an). Singkatnya, pikiran negatif, emosional berlebih dan berbagai aneka dosa terkait dengan diri sendiri. Dosa adalah segala hal yang membuat pikiran, hati dan jiwa tidak tenteram.
Apakah semua orank yang melakukan perbuatan jahat itu mengalami ketidak tenangan dalam hidupnya
Tentu saja. Seorang penipu, maling, perampok, penjudi, peminum minuman beralkohol/miras, narkotika, pelaku perzinahan/prostitusi-pelacuran dan perselingkuhan, pelaku kriminal, korupsi dsb. Seluruhnya mengalami ketidak tenangan dan ketidak tenteraman pikiran, hati dan jiwa. Berbohong pun sebenarnya ada rasa tidak nyaman, tidak tenang, tidak tenteram. Akan tetapi orang kadangkala "menyembunyikan" dan cenderung menutup diri tidak membicarakan hal-hal tsb. Tidak menceritakannya kepada orang lain. Masing-masing memendamnya sebagai beban emosional, beban mental dan psikologis.
Ooow gtu, inikah yang disebut topeng kehidupan. Temanku pernah bilang bahwa manusia itu menyeramkan gimana pendapat mas
Topeng kehidupan? Hohoho. Sebagian berpendapat bahwa dunia ini hanyalah panggung sandiwara. Sebagian beranggapan yang lain lagi. Semua itu kita kembalikan ke masing-masing diri, terserah masing-masing orang menilai dan beranggapan tentang kehidupan. Manusia bisa saja menyeramkan, bisa saja tidak. Semua juga tergantung pada situasi, kondisi, domisili dan individu yang bersangkutan. Lagipula kita semua tidak sepenuhnya mengetahui isi pikiran dan hati seseorang. Adanya rantai penderitaan yang terus menerus tanpa henti adalah lebih disebabkan karena pikiran. Senang, sedih, bahagia, menderita adalah pikiran. Tidak jauh-jauh dari pikiran. Penderitaan muncul karena ada pikiran. Salah dan benar masih setahap di alam pikiran. Pikiran inginnya begini, inginnya begitu, maka melahirkan berbagai penderitaan.
Pikiran yg kalut dpt mendorong pada pemikiran yang salah, pemikiran yang salah dapat muncul menjadi perkataan dan perbuatan yang salah waktu, salah tempat dan salah keadaan. Bersama orang yang kurang tepat juga dapat mengakibatkan masalah dan penderitaan yang berkepanjangan tanpa henti. Itu fakta dan berbagai realita diseputar kita para manusia. Semua orang berharap hidup berbahagia. Mencari dan berupaya apapun untuk mencapai bahagia. Akan tetapi sesungguhnya kebahagiaan tidak kemana-mana. Ia ada di dalam hati dan pikiran sendiri-sendiri disetiap insan. Benci, kecewa, dongkol dan berbagai hal akan seiring sejalan dengan senang, kerelaan, keikhlasan. Sebagaimana siang dan malam silih berganti. Hanya seperti itu, dan keseluruhannya ada hukum aksi-reaksi, sebab-akibat yang menjadi dasar hukum keseimbangan alam. Sesuai dengan pentakdiran masing-masing manusia oleh sang pencipta.

1 komentar:

  1. inpiratif.......tapi sulit prakteknya apalagi energy rasa yang mendasar

    BalasHapus