Ya sudahlah, mungkin waktu itu memilih keputusan yang salah namun itulah hati, tak selayaknya aku menuntut atau menyalahkan karena memang 100% aku yang salah. Hingga kini belum bisa menuruti apa omongan bapak untuk mengontrol perasaanku sendiri hingga mudah terombang-ambing apalagi sering terlihat bodoh dengan gampangnya termakan orang-orang yang pandai bermain sandiwara dengan memasang wajah iba.
Bukan saatnya untuk penyesalan yang berlarut-larut karena itu juga tiada guna, harusnya bisa mengambil hukmah dan belajar dari kesalahan-kesalahan yang sudah aku perbuat sebelumnya. Terima kasih untuk semua yang sudah hadir dalam kehidupanku dan mengajakku belajar, memahami dan mengingatkan yang menjadikanku kuat dan mencambukku untuk terus maju.
0 komentar:
Posting Komentar