25/03/13

Potensi dan Kemampuan


Di sebuah hutan, hiduplah seekor belalang muda yang cerdik. Belalang muda itu adalah belalang yang lompatannya paling tinggi di antara sesama belalang yang lainnya. Dia sangat membanggakan kemampuan lompatannya.


Setiap hari belalang muda tersebut melompat dari atas tanah ke dahan-dahan pohon yang tinggi dan kemudian makan daun tersebut. Dari atas pohon itu, belalang dapat melihat satu desa di kejauhan yang kelihatannya indah dan sejuk. Timbul keinginan di dalam hatinya untuk suatu saat dapat pergi ke sana.

Suatu hari, saat yang dinantikan itu tiba. Teman setianya, seekor burung merpati, mengajaknya terbang dan pergi ke desa yang diimpikan. Dengan semangat yang meluap-luap, kedua binatang itu pergi bersama ke desa tersebut. Setelah mendarat, mereka mulai berjalan-jalan melihat keindahan desa itu.

Akhirnya mereka sampai di suatu taman yang indah berpagar tinggi, yang dijaga oleh seekor anjing besar. Belalang itu bertanya kepada anjing, "Siapakah kamu dan apa yang kamu lakukan disini?".

"Aku adalah anjing penjaga taman ini. Aku dipilih oleh majikanku karena aku adalah anjing terbaik di desa ini", jawab anjing dengan sombongnya.

Mendengar perkataan si anjing, panaslah hati belalang muda. Dia lalu berkata lagi "Hmm, tidak semua binatang bisa kau kalahkan. Aku menantangmu untuk membuktikan bahwa aku bisa mengalahkanmu. Aku menantangmu untuk bertanding melompat, siapakah yang paling tinggi diantara kita".

"Baik", jawab si anjing. "Di depan sana ada pagar yang tinggi. Mari kita bertanding, siapakah yang bisa melompati pagar tersebut".

Keduanya lalu bersama-sama menuju ke pagar tersebut. Kesempatan pertama adalah si anjing. Setelah mengambil ancang-ancang, anjing itu lalu berlari dengan kencang, melompat dan berhasil melewati pagar yang setinggi orang dewasa tersebut. Kesempatan berikutnya adalah si belalang muda. Dengan sekuat tenaga belalang itu melompat. Namun ternyata kekuatan lompatannya hanya mencapai tiga perempat tinggi pagar dan kemudian belalang tersebut jatuh kembali ke tempatnya semula.

Dia lalu mencoba melompat lagi dan melompat lagi, namun ternyata gagal pula. Si anjing lalu menghampiri belalang dan sambil tertawa berkata, "Nah belalang, apa lagi yang mau kamu katakan sekarang? Kamu sudah kalah".

"Belum", jawab si belalang. "Tantangan pertama tadi kamu yang menentukan aturannya. Beranikah kamu sekarang jika saya yang menentukan tantangan kedua?"

"Apapun tantangan itu, aku siap" tukas si anjing.

Belalang muda lalu berkata lagi, "Tantangan kedua ini sederhana saja. Kita berlomba melompat di tempat. Pemenangnya akan diukur bukan dari seberapa tinggi dia melompat, tapi diukur dari lompatan yang dilakukan tersebut berapa kali tinggi tubuhnya".

Anjing kembali mencoba pertama kali. Dari hasil lompatannya, ternyata anjing berhasil melompat setinggi empat kali tinggi tubuhnya. Berikutnya adalah giliran si belalang muda. Lompatan belalang muda hanya setinggi setengah dari lompatan anjing, namun ketinggian lompatan tersebut ternyata setara dengan empat puluh kali tinggi tubuhnya.

Akhirnya belalang muda menjadi pemenang untuk lomba yang kedua ini. Kali ini anjing menghampiri belalang dengan rasa kagum.

"Hebat, kamu menjadi pemenang untuk perlombaan kedua ini. Tapi pemenangnya masih belum ada. Kita masih harus mengadakan lomba ketiga", kata si anjing.

"Tidak perlu", jawab si belalang muda." Karena pada dasarnya pemenang dari setiap perlombaan yang kita adakan adalah mereka yang menentukan standart perlombaannya. Pada saat lomba pertama kamu yang menentukan standart perlombaannya dan kamu yang menang. Demikian pula lomba sata yang menentukan, saya pula yang menang. Intinya adalah, kamu dan saya mempunyai potensi dan standart yang berbeda-beda tentang kemenangan. Adalah tidak bijaksana membandingkan potensi kita dengan yang lain. Kemenangan sejati adalah ketika dengan potensi yang kamu miliki, kamu bisa melampaui standart dirimu sendiri."

Hal ini sama seperti kita,kita tidak perlu membandingan potensi dan kemampuan kita dengan orang lain, karena tiap orang memiliki potensi dan kemampuannya masing-masing. Musuh terbesar yang harus kita kalahkan dan lampaui adalah diri kita sendiri.



Related Posts:

  • Seperti Ayah Malam minggu hanya di rumah sibuk dengan 2 hp, bbm sambil mencari orderan. Bagai menyelam sambil mencari ikan, ya meskipun belum mujur namun setidaknya sudah bisa membuat orang lain sejenak mendengarkan penjelasan tentang pr… Read More
  • Ilalang yang tak pernah menyerah Terkadang harus menerima kenyataan dengan menerima dan beradaptasi dengan lingkungan untuk sementara waktu mengesampingkan kebahagiaan lalu menikmati luka bingga akhirnya kesabaran akan menghantarkan pada kebaikan. Yang … Read More
  • Memupuk Mimpi dengan Aksi Perkenalan singkat dari sosial media yang bisa menjalin sebuah komunikasi bahkan bisa dibilang aku juga banyak belajar dari dia. Seorang ayah dari putri yang sudah abg. Tak ada yang istimewa hanya obrolan singkat dan seringn… Read More
  • Tersenyumlah dengan Hatimu Intisari-Online.com – Berikut ini kisah seorang ibu dari tiga anak yang menceritakan pengalamannya menyelesaikan kuliah di Universitas di Jerman. Dalam kelas terakhir yang saya ikuti, saya mendapatkan tugas dari Dos… Read More
  • Barisan Semut Sore itu ketika kembali ke kamar untuk bersih-bersih tiba-tiba saja melihat barisan semut yang sangat banyak sudah membuat jalannya hingga ke dinding kamar dan setelah di telusuri ternyata si semut masih berpesta makanan … Read More

0 komentar:

Posting Komentar