Ini adalah kisah 2 petani ulung yang menanami
lahan mereka dengan sayur dan buah buahan. Namun, belakangan ini hujan
tidak lagi membasahi lahan mereka. Tanah mereka tandus, lahan mereka
kering, seluruh tanaman terancam akan mati. Dan mereka memutuskan untuk
berdoa meminta hujan.
3 hari setelah mereka berdoa meminta hujan. kedua petani itu mulai putus asa. mereka berpikir Tuhan tidak ingin mereka makan dan menjual hasil panen mereka ke kota. 1 jalan yang terlintas saat itu adalah gagal panen.
Dan kenyataannya tidak seperti itu, Petani 1 sibuk mengolah tanahnya,
memberantas semak belukar yang ada pada lahannya. dan petani kedua pun
bertanya pada petani 1 :
hai petani, apa yang kau lakukan ?
aku sedang menyiapkan kebunku, mengapa kau tidak menyiapkan kebunmu ?
aku pikir itu hanyalah buang buang waktu, ini adalah hari ke 5 setelah
kita berdoa, dan belum ada tanda tanda hujan akan turun. jadi ku pikir
sia sia lah semuanya ini
Menurutku tidak, segala sesuatunya akan indah pada waktunya
Dan petani kedua itupun memutuskan untuk memanen seluruh tanaman dan
menjualnya ke kota. Dia berpikir, lebih baik rugi sedikit namun mendapat
uang, daripada harus kehilangan sayuran yang sudah di olah susah payah.
Petani 1 tidak mempedulikan apa yang dilakukan sahabatnya itu, ia
berupaya dengan segala sesuatunya agar tanaman itu tetap hidup.
Tiba tiba keajaiban terjadi, pada hari yang ke 7, turunlah hujan begitu
derasnya membasahi lahan kedua petani tersebut. petani 1 mengucap
syukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas hujan hari itu. Namun
petani kedua menyesal dan bergumam andai saja aku sedikit lebih bersabar
. . .
Kita seringkali menghadapi masa sulit seperti ini,
ketika sepertinya tidak ada jalan, Tuhan pun tak menunjukkan “tanda
pertolonganNya”, yang kita lihat hanyalah orang lain yang terus beriman
dan menjalankan usahanya, sementara kita hanya mencemooh dan merendahkan
keimanan mereka.
Berdasarkan cerita petani diatas, petani 1
sibuk menyiapkan lahannya untuk menerima hujan, meski tak tahu kapan
hujan itu akan datang. sementara petani 2 langsung “membereskan”
lahannya. Dan ketika hujan itu turun, berkat itu hanya berguna pada
petani 1. bukan petani 2, maka benarlah apa yang diucapkan oleh petani
1, Segala sesuatunya akan indah pada waktunya.
0 komentar:
Posting Komentar