26/03/13

Kesabaran yang Berbuah Manis


Ini adalah kisah 2 petani ulung yang menanami lahan mereka dengan sayur dan buah buahan. Namun, belakangan ini hujan tidak lagi membasahi lahan mereka. Tanah mereka tandus, lahan mereka kering, seluruh tanaman terancam akan mati. Dan mereka memutuskan untuk berdoa meminta hujan.


3 hari setelah mereka berdoa meminta hujan. kedua petani itu mulai putus asa. mereka berpikir Tuhan tidak ingin mereka makan dan menjual hasil panen mereka ke kota. 1 jalan yang terlintas saat itu adalah gagal panen.

Dan kenyataannya tidak seperti itu, Petani 1 sibuk mengolah tanahnya, memberantas semak belukar yang ada pada lahannya. dan petani kedua pun bertanya pada petani 1 :
hai petani, apa yang kau lakukan ?
aku sedang menyiapkan kebunku, mengapa kau tidak menyiapkan kebunmu ?
aku pikir itu hanyalah buang buang waktu, ini adalah hari ke 5 setelah kita berdoa, dan belum ada tanda tanda hujan akan turun. jadi ku pikir sia sia lah semuanya ini

Menurutku tidak, segala sesuatunya akan indah pada waktunya
Dan petani kedua itupun memutuskan untuk memanen seluruh tanaman dan menjualnya ke kota. Dia berpikir, lebih baik rugi sedikit namun mendapat uang, daripada harus kehilangan sayuran yang sudah di olah susah payah. Petani 1 tidak mempedulikan apa yang dilakukan sahabatnya itu, ia berupaya dengan segala sesuatunya agar tanaman itu tetap hidup.

Tiba tiba keajaiban terjadi, pada hari yang ke 7, turunlah hujan begitu derasnya membasahi lahan kedua petani tersebut. petani 1 mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan atas hujan hari itu. Namun petani kedua menyesal dan bergumam andai saja aku sedikit lebih bersabar . . .

Kita seringkali menghadapi masa sulit seperti ini, ketika sepertinya tidak ada jalan, Tuhan pun tak menunjukkan “tanda pertolonganNya”, yang kita lihat hanyalah orang lain yang terus beriman dan menjalankan usahanya, sementara kita hanya mencemooh dan merendahkan keimanan mereka.

Berdasarkan cerita petani diatas, petani 1 sibuk menyiapkan lahannya untuk menerima hujan, meski tak tahu kapan hujan itu akan datang. sementara petani 2 langsung “membereskan” lahannya. Dan ketika hujan itu turun, berkat itu hanya berguna pada petani 1. bukan petani 2, maka benarlah apa yang diucapkan oleh petani 1, Segala sesuatunya akan indah pada waktunya.


0 komentar:

Posting Komentar