Serasa terasing, sering terngiang dalam benakku sekelebat bayangan saat memandang sekeliling semuanya seakan tak ada arti dan asing bagiku. Aku kangen pada satu masa dimana ada keteduhan dengan suasana sepi dan asri aaah...., seakan pernah hidup di masalalu.
Bayangan tentang sebuah kampung dengan kehidupan sederhana lengkap dengan hiruk pikuknya, pagi-pagi bersamaan datangnya mentari para pria dengan cangkul di pundak sudah bersiap-siap menuju kesawah untuk bergelut dengan tanah, sebagian mencari rumput buat makan ternak, membersihkan halaman dari daun-daun yang berguguran tertiup angin dan anak-anak berangkat sekolah sambil bercengrama. Hilir mudik orang-orang beralulalang dan sapaan-sapaan hangat itu sangat khas. Sungguh tentram tanpa terkontaminasi dengan asap-asap kendaraan.
Mengayuh sepeda dipagi hari diantara pematang sawah yang luas dan menghijau, kabut mulai memudar embunpun mulai menghilang, udara dingin dimalam hari berangsur menjadi hangat oleh sorotan matahari yang menyapa dengan ceria. Bau jerami yang menjadi makan sapi maupun bau asap dari sampah dedaunan yang dibakar serta suara kicau burung yang melompat dari ranting-ranting pohon yang berbadu dengan dedaunan dan pohon yang tertiup angin seakan menambah kental keelokan tentang sebuah kedamaian yang sangat mahal dirasakan untuk saat ini. Hal yang jarang dijumpai dan semakin tergusur oleh kemajuan teknologi. Jaman sekarang sebagian lebih suka berlomba-lomba membangun istana dari beton, sebutan orang kota lebih memberikan nilai plus dalam pergaulan dibanding anak desa yang kesannya "udik".
Bagai bermain boneka barbie yang menciptakan suasana serba waaah...., hidup dalam dunia yang serba kotak. Semuanya hanya polesan, tak ada yang alami dan terlihat bagus sementara saja, selanjutnya membosankan. Dan bayangan itu....menyeretku kedalam dunia yang serba tak beraturan dengan berbagai warna. Hayalan dari gadis kecil untuk punya rumah ditengah sawah masih nampak jelas dalam ingatan, walau sering dibilang gubuk saat impian ini terucap namun itulah mimpi yang benar-benar riel. Rumah kecil sederhana dengan halaman beralas rumput serta dikelilingi beraneka macam tumbuhan perdu yang berbunga menawan. Sebuah hayalan dalam mimpi yang sempurna, semakin menyatu dan tenggelam dalam mimpi menjadikan hati ini semakin sakit bagai terkoyak mata tak kuasa menahan segala mimpi, semakin tenggelam dalam lubang masalalu yang mungkin tak aku kenal semuanya serba samar.
***
Bukan imaji sebuah cerita dalam negeri dongeng, ingatanku menerawang dimasa kecil saat berjalan diantara padang rumput (walau gak luas) mengumpulkan bunga ilalang untuk dirangkai menjadi bando penghias rambut yang cantik, tidur dalam buaian alam walau badan kadang terasa gatal, berjongkok dan kadang berlari kecil ataupun merunduk saat berburu belalang atau menjaring kinjeng dengan getah nangka maupun menangkap kupu-kupu yang sedang menari-mari diantara bunga-bunga dari pohon perdu adalah hal yang sering dilakukan sebagai permainan anak-anak di daerahku yang sangat digemari karena memang belom ada permainan elektronik seperti sekarang ini. Sorak sosai kegembiraan saat bisa menangkap incaran walau nanti hasilnya hanya menjadi santapan ayam namun keceriaan bermain bersama alam suatu memory yang patut disyukuri karena masih bisa merasakannya sebelum terkontaminasi dengan permainan-pernainan rakitan yang serba canggih. Bermain disungai sekedar berbasah-bahasan maupun mencari ikan meskipun dengan resiko sampai rumah kena marah ibu gara-gara pakaian basah, menyusuri kebun mencari buah : mangga, jambu biji, buni, kersen, jamblang (bila ada yang gak tau browsing saja ya, tanya eyang google buahnya seperti apa), bermaian layang-layang yang paling seru dalam permainan ini bukan bisa menerbangkan tinggi namun ikut mengejar layang-layang yang putus setelah diadu di udara.... sampai sandal putus, celana kesangkut tonggak kayu maupun paku, kena omel gara-rata tanaman dikebun rusak, pohon-pohon patah karena dipanjat atau dijadikan "gotek" mengambil layang-layang yang kesangkut tak peduli yang penting bisa mendapatkannya bahkan terkadang sudah capek-capek berlari mengejar eeeh gak dapat atau layang-layang itu sobek gara-gara dibuat rebutan (pernah beberapa kali ikut namun setelah ada teman yang kakinya kena paku gak pernah ikut ngejar daripada ter ada yang lapor sama ibu dan kena omel nah lho....), bermain gambar, mengadu ikan cupang, congklak, masih banyak permainan-permainan tradisional yang sederhana namun mencerminkan kebersamaan. Jika sore menjelang suka pada manjat menara listrik untuk sekedar duduk-duduk menikmati pemandangan yang memang bagus seperti di puncak ditambah semilirnya angin waaah mantap deh. Malah kadang pada teriak-teriak yang bikin gaung karena memang daerah tempat tinggalku didataran tinggi. Kalau yang ini aku gak ikutan soalnya takut ketinggian dan takut kena setrum jadi yaa cuma duduk-duduk di batu besar yang memang dijadikan tempat bersantai yang tak jauh dari menara sutet.
***
Walau sederhana semua terasa indah dan mengesankan untuk diingat seakan ingin mengulang kembali kemasa kecil yang penuh kesederhanaan dengan kepolosan, kadang saat mengingat bisa membuat ketawa karena kelakuan konyol yang sudah aku lakukan.
Benarkah ada kehidupan sebelum sekarang.....???!, Lalu kalau benar ada, kehidupanku dulu seperti apa yaaa.... Mengapa bayangan ibu yang mengenakan kebaya sering terlintas dibenakku...., Apakah aku yang terlalu melow hingga mudah terhanyut dengan suasana tempo dulu bahkan kehidupan sebelum aku lahirpun kadang membayangi dan bermain di otakku hingga mengaduk-aduk emosiku, apalagi kalau mendengarkan lagu jaman dulu era 70an waaah seperti matikutu tak bisa berbuat apa-apa. Membuyarkan pikiran dan menyeretnya masuk kedalam era dimasalalu, Hati menjadi trenyuh dan malas melakukan apa-apa hanya bayang semu yang tak pernah aku alami dan temui hingga saat ini.
0 komentar:
Posting Komentar