Sudah lama ga saling sapa, hanya dengan diam namun begitu kita masih saling menjaga, dia masih memberikan genggamannya seperti janjinya dulu sama sekali ga melepaskannya hingga aku menemukan orang yang tepat baru dia akan menyerahkan sendiri untuk digenggamnya. Itulah janji yongsa, cermin yang sudah lama menemaniku dan kini yongsa sudah mulai tumbuh dewasa sudah tidak mau dibilang cowok katanya sekarang sudah masuk ke fase laki-laki.
"Ting tong"
"Giman kabar kamu ?"
"Coba tebak gimana kabar... Iiih kangen sudah lama ga debat"
"Aku gak jago tebak. Kalau fisik mungkin baik, tapi kalo hati masih seperti dulu..."
"Hahahahhaaaa... Kamu gimana kabar..."
"Iya sudah lama ga perang. Alhamdulillah baik dan sehat"
"Kamu seh sibuk terus"
"Ko' ketawa ? Berarti bener dong tebakan ku ? Hatimu masih gak karuan, ngegalau mulu. Duuh duuh duuh"
"Iya deh, kan kamu yang mengerti aku <3<3
"Sibuk apa sekarang"
"Gak sibuk apa-apa"
"Malas..."
"Abis bantuin emak sama bapak bongkar atap rumah. Baru saja kelar 2 hari yang lalu. Kamu sibuk apa ?"
"Ooow, Katanya tadi kagak sibuk. Sibuk sama pikiranku yang ruwet kayanya"
"Bukan malas yoo. Gak ada ruang untuk rasa malas"
"Tadi bilangnya ga ngapa-ngapain makanya yang jelas :p
"Ya kan akhir-akhir ini gak ada kesibukan, kemarin-kemaren mah iya"
"Katane bongkar atap baru selesai 2 hari lalu, memang itu ga sibuk"
"Lah kok sibuk sama pikiran sendiri ? Itu bukan sibuk namanya tapi menyibukan sendiri."
Mungkin bisa jadi seperti itu karena ga ada kerjaan hingga mencari kesibukan dan mengkonsumsi permasalahan yang ga penting dan sebenarnya sudah tidak masuk kedalam wilayah sendiri. Melanggar batas yang sudah di tetapkan dan itu malah bisa menjadi bumerang diri sendiri. Bahkan malah bisa membahayakan diri sendiri atau jadi sasaran empuk untuk dijadikan tumbal.
"Lha gimana lagi ga ada yang bisa di kerjain ya mending nyetrika urat-urat di otak biar lancar"
"Iya (pura-pura) sibuk, (ˆ́▿ˆ̀")>
"Lha habisnya kamu sibuk kan ga ada yang nemenin"
"Kalau cara nyetrikanya kek gitu ya kemungkinan malah kaku. Masak ? Pan ada banyak kontak bb kamu, jadi banyak yang nemenin"
"Harusnya gimana. Hp sering nganggurnya, paling cuma 1-2 ornk cuma say hello udah"
"Permasalahan dari sesuatu yang ruet itu apa ? Besok aku bbm kamu deh dengan helloooow, biar nambah jadi 3 orang"
"Enggak tau. Ga mau cukup kamu aja"
"Aahhaa <3<3
"Nah itu diya, ruwet semrawut acak kadul ora karuan. Pan harusnya otak yang menguasai pikiran, bukan pikiran yang menguasai otak."
Sepertinya ini kata-kataku dulu waktu nyeramahin dia tapi kenapa kata-kata ini balik lagi kepadaku...
"Nah makanya itu efek lama ga berantem"
"Lah emang gak ada temen duel apa ?"
"Ga ada"
sejak aku dan yongsa ada sedikit salah paham sampai detik ini ga ada yang memancing otakku untuk berpikir, ga ada pertanyaan ajaib seperti yang sering ditanyakannya dulu. Untuk mencari arti 1 kata saja bisa debat sanpai malam ga segera menemukan titik temu apalagi selalu ada kata dan pertanyaan lain yang mengikuti di belakang. Dari 1 kata bisa mengupas segalanya, seperti bawang merah yang memiliki kulit berlapis-lapis ketika mengupas.
"Ada 1 kalau sudah di eyeli malah ngalah"
"Aahha!-)
"Kenapa..."
"Masih ngikuti anak jaman ya selfie dengan wajah bermurung durjani."
Komentar yang sering kita gunakan untuk mengkritik foto selfi ketika di basang sebagai identitas. Dan kali ini aku yang kena karena ditengah obrolah aku mengganti foto, awalnya untuk mengetahui apakah pic bisa keluar karena beberapa hari ini ada troble dari operator tertentu yang membuat tampilan ID ga terlihat hanya blank.
"Ada janji makanya pasang"
"Kenapa gak sekalian selfie dengan tetesan air mata ? Pan lebih greget. Ampuun" *sungkem*
"Ga mau, tar malah kmu ketawain"
"Jiiiaaah janji sama siapa ? Hayooo ?!" *kesel* :]x
"Kalah taruhan (ˇ▽ˇ)-c<ˇзˇ)
"taruhan ??"
"Maap, gi apa"
"Taruhan pake poto ? Duuh duuh duuh. Gak seru ah. Lebih baik jangan taruhan, meski bukan dengan uang. Apapun itu bentuknya. Kalau kalah mending dihukum aja. Suruh buat coretan kek, apa kek, jadi kan kesannya kreatip. Gitu~ Lah ko' maap ? Pan kamu gak ada salah ke aku. Kamu tuh wanita aneh, tapi yoo jangan aneh-aneh dalam hal gituan to." *tampol*
Membaca tulisannya sedikit kaget juga ternyata dia benar-benar sudah dewasa dan ini seperti tamparan buatku (suka-sukaaa), lihat juga dia menyebutku wanita, mungkin bagi sebagian orang ga ada bedanya cewek, wanita, perempuan tapi bagi yang mengerti pasti tau bedanya. Yeeees pengakuan.
"Lha dia ga bilang awalnya"
"Gi rebahan. Lumayan terkuras tenaga fisik ini.
"Kamu juga aneh"
"Kenapa... Ini niih membela diri dengan berbagai alasan."
"Enggak yo. Beneran"
"Abis bongkar pasang instalasi listrik rumah.
"Emang bisa"
"Pertama pembelaan yang kurang klasih kedua mengelak. Masih ada yang ke3 kah ? " *siapin tongkat*
"Iya ngaku salah ;;)
Aku sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi, gila ni anak sekarang galaknya minta ampun. Kelewat tegas dan dengan sadisnya membantaiku hingga tak bisa ngeles lagi. Tapi memang harusnya mengakui kesalahan secara kesatria daripada ngeles yang membuat lebih ga berbobot dan malah terlihat oon-nya (aku kan ga oon)
"Kamu ngaku salah ? Emang kamu salah apa ?"
"Yaa katanya alasan. Kan alasanku ga di terima"
"Bukan krena alesan itu, tapi penyebab dari timbulnya alasan itu."
"Kan sudah kejadian. Lha habisnya kamu ga pernah ada"
Masih mencoba berkelit, sedikit mencari celah agar tak menjadi runyam. Gawat juga ternyata sekarang urusan sama dia"
"Hmz, ooooo apa yang terjadi terjadilah, yang diya tau hanyalah menyebar poto *kemudian nyanyi* =)) Tuuh kan diberondong alasan lagi. Duuh duuh duuh"
"Aduuuuuh sekarang galak bener yaaah. Enggak kok, kalau yang 1 ni kenyataan"
"Galak piye to.. Kalem ngene ko' ;;) Arti dr --> sejati itu apa to ?"
"Sejati rokok bukan" sedikit becandain biar ga kena marah lagi
"Bukan. -____-
"Menurut kamus artinya sebenarnya"
by Che