03/05/14

Asuransi, Perlukah ?!

Pernah ditawari oleh sales produk asuransi ? Mungkin diantara teman-teman pernah juga mengalaminya. Aku sehat, lalu untuk apa aku buang-buang duit bikin asuransi. Alhamdulillah, selama ini pun aku jarang sakit, kalau cuma flu atau demam minum obat warung dan istirahat cukup insya allah kembali membaik. Begitulah pikiran simpelnya. Suka atau tidak, dari pada nyimpen uang di asuransi mendingan uangnya biar ngendon di bank atau lebih enak buat shopping begitu kan kira-kira.

Buat makan saja kurang-kurang belagu ikut asuransi, ada juga pemikiran semacam itu. Tak disalahkan juga bahan pokok yang dari hari ke hari bertambah mahal tentunya sebagian dari kita akan memilih untuk mengalokasikan dana ke kebutuhan sehari-hari ketimbang untuk ikut asuransi.

Tapi pikiran tersebut sebenarnya kurang berdasar juga, itu terlihat lewat cara pandang yang memang sebenarnya belum paham benar tentang asuransi. Ketika sales asuransi baru memperkenalkan diri dan menyebut kata asuransi kita buru-buru memotong pembicaraan dan mengatakan 'tidak' , seolah-olah paham benar arah pembicaraan sales tersebut. Karena berpikir diri ini sehat mengapa juga mesti ikut asuransi....?! Bahkan secara dangkalnya berpikir negatif dengan mengartikan bila membeli asuransi sama halnya mendoakan sakit. Amit-amit jangan sampai. Sama halnya kalau kita memandang segala hal munculnya sesuai cara pandang yang simpel dan praktis. Minimal kita cari tahu dulu informasi lengkapnya agar tau dan benar-benar paham betul, jangan malah sok tau dan menganggap semua gak penting.

Dulu sebelum tahun 2014, aku memang berpikir bahwa asuransi itu memang gak penting-penting amat. Tapi setelah mendengar dan melihat kejadian buruk yang menimpa orang-orang yang aku kenal membuatku sedikit terketuk untuk mencari tau. Beberapa kali ditawari sales asuransi yang menawarkan beberapa produk dan mulai berpikir untuk ikut lalu browsing mencari tau tentang produk asuransi dan mempertimbangkan baru gabung, tak ada kata terlambat bukannya lebih baik sedia payung sebelum hujan. Andai bila suatu saat ada apa-apa denganku bagaimana, sedangkan tau sendiri sekarang biaya di rumah sakit tidak murah (efek mendengar cerita dari ibu-ibu dan teman serta mengingat kejadian patah tulang yang di alami bapak) sampai-sampai ada celetukan "orang miskin dilarang sakit" oooh no.....

Rumah sakit mahal, belum nanti obat-obat yang harganya lebih mahal lagi lantas uang darimana, iya kalau kerja dan mendapat jaminan kesehatan dari tempat kerja lalu bagi yang tidak bagaimana...., kalau hanya mengandalkan tabungan yang tak seberapa yang sering di ambil daripada di isi apa iya cukup.... Toh ujung-ujungnya ngutang lalu bagaimana bayarnya, belum lagi bila hutangnya beranak pinak sekarang ini mana ada yang memberikan hutang secara cuma-cuma selalu memberikan embel-embel bunga entah persentasenya berapa tergantung kesepakatan bukankah semakin menambah pikiran, malah bisa tambah parah sakitnya gara-gara mikir hutang. Nah dari berpikir, menimbang dan ngobrol dengan diri sendiri yang rasanya jleb juga kan, bagai menohok ulu hati dan rasanya teramat sangat pahit.

Selama ini aku sibuk mencari uang, bahkan abu pun aku perlakukan istimewa dengan memberikan minum, minuman berwarna biru bahkan tak segan-segan membelikan warna merah itu pun tanpa banyak pertimbangan, masa buat tubuh sendiri 'eman' bila gak mau dibilang pelit. Tubuh yang menjadi mesin penggerak harusnya di rawat biar tetap strong, tapi ini malah di abaikan itu  kan sama saja meremehkan. Sakit minum obat warung istirahat cukup besok paginya bangun sudah bugar kembali lalu kenapa dipermasalahkan.... Sebagian berpikir lebih memperdulikan barang ketimbang raga ini. Masih muda, asuransi belum perlu. Namun kata orang bijak asuransi itu perlu, malah sejak lahir mestinya sudah diasuransikan.

Apa yang terjadi besok siapa yang tau, biarpun takdir Tuhan yang tentukan ya seenggaknya janganlah terus menerus menjadi beban dan menyusahkan orang lain, meskipun itu keluarga atau kerabat sendiri alangkah lebih bijak bila bisa mandiri iya kan....

Banyak-banyak berdoa dan iktiar, maka Allah melindungi hambanya lalu ketika cobaan datang bagaimana..... Sebagai manusia menghindari resiko itu baik, tapi aku juga gak mau tiba-tiba (amit-amit) sesuatu terjadi denganku, dan menyebabkan keluarga menjadi susah karena aku. Kalau mobil atau motor diasuransikan mau seburuk apa pun kondisinya pastinya akan di ganti oleh asuransi tersebut sampai mobil atau motor itu kembali seperti baru lagi tapi bagaimana dengan jiwa yang hilang (amit-amit), apa bisa di klaim dengan nyawa baru? Naudzubillah. Dengan asuransi kita bisa mengalihkan resiko tersebut, minimal aku akan meninggalkan sesuatu yang bermanfaat, atau meminimalisasi efek kaget kalau-kalau harus berurusan dengan rumah sakit. Meskipun dengan premi yang tidak terlalu besar, setidaknya aku sudah membuat diriku sendiri berharga.

Asuransi buat kita justru bukan buat kita, tapi buat orang-orang tercinta disekeliling kita. Buat suami dan anak supaya gak terlalu terbebani biaya rumah sakit yang besar, dan untuk menambah investasi juga. Namanya sakit tanpa aba-aba ya langsung sakit jadi mesti prepare. 

Tidak hanya asuransi jiwa, berhubung biaya pendidikan mahal dan sebagai orangtua bijak yang memikirkan masa depan anak-anaknya, hanya bisa mewariskan ilmu dengan menyekolahkan seenggaknya sampai perguruan tinggi sebagai bekal nantinya. Sedangkan biaya pendidikan tiap tahunnya juga semakin mahal maka dari itu bagi orang tua yang sudah memiliki anak balita sebaiknya memulai memproteksi dengan asuransi pendidikan. Toh sekarang sudah banyak agen-agen asuransi yang memiliki produk pendidikan, tinggal pilah-pilah saja mana yang pas dan dirasa tidak begitu memberatkan dan untuk yang masih lajang juga boleh menabung untuk merencanakan pendidikan putra-putrinya kelak, nantinya semua itu juga akan meringankan beban kita di masa mendatang.

Dan tak ada salahnya juga dari sekarang merecanakan tabungan hari tua agar nanti jika sudah masuk usia pensiun tidak merepotkan anak-anaknya, kalau PNS seh sepertinya tidak ada masalah ya karena sudah terjamin tapi yang hanya pegawai biasa atau pengusaha gimana..., apakah sampai usia senja masih akan terus bekerja sedangkan tenaga sudah tak sekuat dan segesit dulu. Saatnya menikmati masa tuanya dengan beristirahan dan menyenangkan diri.il

0 komentar:

Posting Komentar