08/05/14

Teman Macam Apa ?!


Kali ini boleh ya menghujat. Lagi sebel... jengkel... ngondok.. kecewa... pengen ngamuk juga seh, benar-benar bikin tanduk keluar kalau kaya gini ceritanya.

Ketika aku cerita yang sifatnya pribadi kepadamu itu tandanya aku menitipkan satu amanat yang mesti dijaga dengan baik, tapi mengapa cerita yang aku dendangkan bisa sampai ke orang lain...., ini aku tau juga karena kamu tanpa sengaja keceplosan ngomong menceritakan ulang yang aku ceritakan. Bilasanya kamu yang hanya dengar cerita ketika aku ngobrol dengan temanku, ingat kamu hanya mendengar pembicaraan itu namun mengapa bisa berestafer ke teman-temanmu. Kejadian ini sudah beberapa kali terjadi, trus maumu itu apa sebenarnya......??! Kalau pun dengar ketika ada orang yang lagi ngobrol lha mbok diam dan jadikan konsumsi sendiri, kalaupun mau cerita ceritakan dengan orang yang bisa membungkam mulut namun kamu juga jangan langsung koar-koar kaya toa masjid gitu.

Pokoknya menyebalkan dan bikin enek sejadi-jadinya. Yang seharusnya terjadi jika mendengar cerita, kita mesti memilah-milah apakah ini bisa menjadi konsumsi publik atau untuk rahasia sendiri kalaupun ingin berbagi lihat-lihatlah kepada siapa berbaginya, apakah orang itu bisa bungkam atau enggak. Tapi kalau kali ini kamu hanya dengar entah kamu sudah berbagi dengan teman sejawatmu atau belum, kamunya malah cerita dengan teman yang lain sedangkan disana ada teman yang aku ajak cerita ini sebenarnya kamu sengaja ataukah enggak (oneng)....lalu mengapa juga kamu teriak-teriak......, jangan ember lah karena itu tak baik. Ngakunya teman tapi persis ember bocor, lalu yang dinamakan teman itu seperti apa coba......
Bisa jaga perasaan enggak sih, lihat sikon donk mana yang boleh mana yang enggak jangan-jangan kamunya enggak punya perasaan kali ya sehingga tak bisa memilah-milah. Walaupun tidak membicarakan orang namun secara enggak langsung membuat enggak enak hati beberapa orang, dan bisa jadi dengan omongan ini timbul persepsi dan penafsiran yang macam-macam.

Memang lebih enak cerita dengan cowok kok ketimbang cewek, seenggaknya cowok lebih cuek dan masaodoh, karena curhatan seorang cewek bukan bahan yang bagus untuk rumpian kelompok mereka kali ya, lagian kalau memberi tanggapan juga jelas tanpa sungkan. Itulah yang aku butuhkan, teman-teman yang realistis dan tegas aku malah bisa menerima ketimbang yang pura-pura.

Benar keputusanku bila membuat jarak kepada siapa pun, semuanya teman dengan perlakuan sama tak ada yang istimewa sampai lengket keeeet. Tak sekali dua kali kecewa gara-gara teman. Teman sebenarnya ya diri kita sendiri dan sahabat sejati hanyalah Tuhan.

Katanya kalau ada masalah atau ada ganjalan suruh cerita, berbagi dengan orang lain biar enakan tapi kalau setelah cerita dengan harapan beban sedikit hilang malah menjadi bahan rumpi-an mereka bagaimana, apakah enggak tambah bikin nyesek ya. Ok, mulai saat ini aku putuskan kalau kamu bukan lagi teman, hanya sekedar kenal dan sekedar tau itu pun sudah cukup. Tak mau tau dan tak ingin tau semua hal tentangmu, dulu gak kenal sekarang gak kenal pun gak masalah. TITIK!

0 komentar:

Posting Komentar