03/07/14

Bagai Ikan Mati

Beberapa bulan lalu...
"Lho mbak sendirian disini, enggak gabung sama yang lain..."
"Enggak mas, disini saja..."

Beberapa waktu yang lalu...
"Memangnya yang lain pada kemana kok ell sendirian?!"
"Tu pada ngerumpi di luar"
"Ya udah ikut aja ngumpul sama mereka di luar, daripada sendirin"
"Enggak mungkin aku ninggalin tempat, lagian enggak suka ngerumpi mending disini aja"
"Waktu itu ell juga menyendiri gak mau gabung sama yang lain"
"Gak suka mare-rame, makanya hanya melihat dari jauh saja"
"Ell suka menyendiri ya..."
"Memang ell suka sendiri dari dulu apa karena sesuatu hal yang bikin ell suka menyendiri..."
Jleeeep....

Kalimat yang terakhir ini terngiang-ngiang "apakah benar aku suka menyendiri atau karena sesuatu hal yang membuatku suka menyendiri..." Berpikir dan flashback kemasa lalu, enggak ngerti sejak kapan aku menjadi suka menyendiri bahkan kalau dilihat lebih seksama beberapa bulan ini gejala menyendiri lebih terlihat jelas, enggak pernah kemana-mana, keluar rumah kalau ada perlu itu juga bener-bener sangat mendesak gak bisa di tunda lagi dan saat kerja, sedikit banyak menutup akses dari segala macam pergaulan, enggak ada lagi ada ketergantungan sama barang elektronik, dan lebih parahnya lagi sampai ibu yang dulu sering melarang pergi sekarang malah menyuruhku untuk maen ke luar dengan alasan cari udara. Menyedihkan, seperti semakin terbelakang menyendiri, sendiri berteman sepi.

Inilah hidupku, berada di ruangan kecil tak peduli dengan sekeliling dan lebih menikmati melihat awan-awan yang berjalan dihembus angin di siang hari dan mencari keberadaan bintang yang sekarang terlihat langka di langitku ketika malam tiba. Bersandar pada bingkai jendela atau terpaku melihat jauh kedepan seakan ingin menerobos deretan gedung-gedung tinggi yang menghalangi pandanganku. Bakhan kamar yang dulu selalu rapi kini beberapa barang hanya tergeletak begitu saja tanpa ada niat untuk merapikan atau menatanya agar tak terlihat berantakan.

Aku kehilangan semangat hidup, bahkan otak ku pun kini mulai berkarat. Tak ada keinginan mencari tau ataupun belajar tentang hal-hal yang tak aku mengerti, hal baru yang membuatku penasaran, tak ada sedikitpun. Aku mengalami kemunduran, hingga terkadang timbul pertanyaan dalam diriku sendiri " untuk apa aku hidup...."

Tak mengerti hari, tak tau tanggal, semua aku jalani dengan ritme yang sama, bahkan semua agenda yang sudah tersusun rapi pun tak ada satupun yang terjamah semuanya hanya jadi coretan kecil di kalender kamarku. Aku sudah seperti ikan mati yang hanya mengikuti kemana arus akan membawaku. Semua sudah terkubur dan terpendam kedalam dasar samudra.

Berperang dengan diri sendiri, mencoba menerima apa yang terjadi, semoga satu titik harapan datangnya keajaiban yang tersisa tak ikut padam, semoga saja ada (aamiin). Aku masih mempercayai tak ada yang abadi di dunia ini, namun kalau memang ini skenario yang Tuhan susun untukku akan aku coba jalani dan mencoba menerima meskipun pahit.

Berbicara dengan diri sendiri: Tolong jangan biarkan apa yang aku rasakan, apa yang berkecamuk dalam hatiku tak terlihat. Jangan biarkan kekosongan terlihat dari mata ini, aku tak ingin siapa pun tau. Karena aku tak ingin ada kata "mengapa..., kok bisa..., astaga..., dsb. Karena aku tak ingin dan tak bisa menjelaskan.

0 komentar:

Posting Komentar