Hari ini hari terakhir puasa dan juga menjadi hari tersibuk untuk
sebagian ibu-ibu yang mempersiapkan hidangan lebaran serta hari
terkompak senusantara karena hampir di setiap rumah menu masakannya sama
opor ayam dan sambal goreng tak ketinggalan kupat atau lontong.
Pagi-pagi
ibu sudah ribut untuk diantar ke pasar berbelanja ketupat, memang seh
sudah menjadi perjanjian semalam untuk ke pasar pagi ini untuk
menghindari ramai dan agar bahan-bahan segera bisa di olah biar cepat
selesai dan secepatnya juga bisa dinikmati, tentunya setelah berbuka
puasa.
Benar saja jam 6 pagi, pasar sudah dibanjiri ibu-ibu
jalan menuju pasar sudah di tutup dijadikan searah guna menghindari
kemacetan karena jalan yang hanya pas untuk berpapasan mobil. Di pinggir
jalan, tepatnya di emper-emper kios sudah berderet-deret pedagang
musiman yang menjual ketupat. Berbekal janur (daun kelapa) satu persatu
mereka rangkai menjadi selongsong ketupat, gesit tanpa melihat pun
selongsong ketupar sudah teranyam dengan rapi. Tak hanya ketupat mereka
juga menjual kelapa, pisang dan ada juga yang menjual ayam. Beberapa
minggu terakhir harga ayam melonjak tinggi, mungkin karena kurangnya
pasokan sedangkan permintaan berlebih (hukum ekonomi).
Nungguin ibu
ngubek pasar, iseng memperhatikan penjual ketupat yang
lagi asik menunggu pelanggan sambil menganyam ketupat, sepertinya mudah
cuma blesek.., blesek.., blesek sudah jadi. Kali ini nunggu kagak sampai
ngelumut, ibu hanya beli beberapa bahan saja karena yang lain sudah
nitip penjual sayur yang biasa lewat di depan rumah. Dan sekarang
waktunya bercengkrama dengan panci dan penggorengan. Dua orang lebih
baik dari pada sendirian, kerjasama membagi pekerjaan memasak menu
andalan lebaran. Enggak sampai sore sayur sudah matang demikian juga
dengan ketupat.
Waktu buka pun tiba, berbuka hari
terakhir di bulan ramadan. Menu buka yang berbeda dari hari-hari kemaren
karena tak ada gorengan, di meja hanya ada kue-kue kering. Hanya
segelas teh hangat cukup mengenyangkan juga.
Suara
petasan mulai bersahut-sahutan, seperti tahun baru dimana-mana
menyalakan kembang api. Bagus seh dilihatnya kembang api warna-warni
diantara lampu-lampu kota. Tapi seperti ada yang hilang, ini bukan
karena ramadan yang sudah berlalu tapi karena ingat .... Aneh selalu
saja di otak keluar kata "andai", sudahlah ga usah di bahas yang satu
ini :)
Sementara di mushola tak kalah meriahnya gema
takbir mulai berkumandang dan terlihat beberapa orang datang ke mushola
untuk menyerahkan zakat sedangkan anak-anak kecil sudah mulai sibuk
lebih kearah ribut dengan takbir kelilingnya. Berebut obor yang
digunakan sebagai penerangan dan beberapa acecoris komplit dengan
lampion-lampion yang akan diusung selama perjalanan berkeliling.
Tetangga
belakang rumah, menyalakan kembang api entah berapa doit yang sudah
dihabiskan untuk belanja kembang api. Sekali-kali tak mengapa lah
sekedar ikut andil merayakan yang katanya menjadi hari kemenangan ini.
Selamat Merayakan
HARI RAYA IDUL FITRI
Mohon Maaf Lahir dan Batin buat semuanya.
* Awas koletrol dan diabet, jangan kalap dengan hidangan-hidangan yang enak-enak di hari lebaran.
0 komentar:
Posting Komentar